Hingga saat ini belum ada pembuktian secara ilmiah mengenai penularan virus corona melalui udara.
"Itu informasi tidak benar. Sampai saat ini belum ada bukti virus corona menular malalui udara (airborne)," kata dr. Ari saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/4/2020).
Ia menyebutkan, penularan virus corona dapat terjadi apabila droplets yang keluar dari seorang pasien positif terhirup oleh orang lain yang berada di dekatnya.
Ari mencontohkan, hal itu bisa terjadi, misalnya, saat seorang pasien positif Covid-19 melakukan perawatan ke dokter gigi.
"Misal si pasien positif ini tiba-tiba batuk lalu dropletsnya lepas. Droplets tersebut bisa saja terhirup oleh dokter atau perawat yang ada di dekatnya yang tidak memakai masker," kata dr. Ari.
Ia kembali menekankan, hingga saat ini, penularan virus corona terjadi melalui droplets atau percikan yang menempel di permukaan benda atau tangan.
Penularan akan terjadi jika tangan yang menyentuh permukaan benda dengan virus corona di atasnya, kemudian menyentuh bagian wajah termasuk mata, mulut atau hidung dengan tangan yang sudah terpapar droplets tersebut.
Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk rajin mencuci tangan dan membawa hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60 persen saat bepergian.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian masyarakat adalah potensi penularan virus corona melalui orang tanpa gejala.
Artinya, ada seseorang yang sebenarnya positif Covid-19, tetapi ia belum merasakan gejala apa pun.
Proses penularan bisa terjadi meski orang tersebut tak menunjukkan gejala demam, batuk, dan pilek.
Hal inilah yang mendasari WHO meminta semua orang menggunakan masker ketika berada di tempat publik.
Masker yang disarankan adalah masker kain. Sementara, masker bedah dan N95 diperuntukkan bagi tenaga medis.
Penggunaan masker diyakini bisa menekan penyebaran dan penularan virus corona.