Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Gempa Selalu Diikuti Gempa Susulan? Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 09/02/2020, 13:03 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lembaga Penelitian Seismologi di Amerika Serikat (IRIS) mengungkapkan informasi terkait terjadinya gempa yang dirasakan oleh 4 stasiun seismik yang lokasinya berjauhan.

Adapun penjelasan mengenai 4 grafik gelombang disampaikan melalui akun Twitter IRIS, @IRIS_EPO, Kamis (6/2/2020).

"Same earthquake, different seismic stations; why do the seismograms look different? (Gempa yang sama, stasiun seismik yang berbeda; mengapa seismogram terlihat berbeda?)," tulis IRIS dalam twitnya.

Dalam visual, terlihat gelombang P dan gelombang S yang datang ke 4 titik stasiun seismik, yakni A, B, C, dan D, dan menghasilkan grafik gelombang yang berbeda pada seismograf.

Setelah itu, muncul gelombang yang terjadi di permukaan bumi dan juga menampilkan grafik gelombang yang oleh BMKG disebut gempa susulan.

Twit itu juga dilengkapi dengan video yang menggambarkan alur gelombang yang dirasakan dari stasiun seismik satu dengan lainnya.

Apakah gempa yang terjadi selalu diikuti gempa susulan?

Baca juga: Melonguane, Sulut Diguncang Gempa 6,1 Magnitudo, BMKG: Dipicu Thrust Fault

Penjelasan BMKG

Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, setelah terjadi gempa, ada gempa susulan.

"Iya (gempa susulan), jika getaran itu setelah di-locating di tempat yang sama, karena kan dalam waktu sama banyak terjadi di berbagai tempat," ujar Daryono saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (9/2/2020).

Sementara itu, gempa yang berawal dari titik pusat gempa dan merambat hingga terlacak oleh stasiun seismik memiliki kecepatan rambat yang berbeda.

Daryono mengatakan, cepat rambat gelombang itu dinamakan gelombang seismik.

"Dalam video, gelombang P lebih cepat dari gelombang S. Saat terjadi gempa ada banyak gelombang," ujar Daryono.

Gelompang (P) atau pressure muncul gelombang shear (S), setelah itu muncul lagi gelombang permukaan yang disebut Rayleigh.

Reyleigh ini umumnya disebut gempa susulan.

Selain itu, terkait kekuatan gempa, Daryono mengungkapkan, gempa yang terjadi dihitung keseluruhan/total.

"Semua dihitung, namanya Magnitudo moment. Jadi tidak ada magnitudo gelombang P, dan tidak ada magnitudo gelombang S," ujar Daryono.

Baca juga: Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Seram Bagian Timur, Tak Berpotensi Tsunami

Penjelasan IRIS

IRIS juga mengungkapkan, gelombang seismik yang muncul setelah adanya gempa akan terpencar di mana-mana.

Oleh karena itu, seseorang akan merasakan gempa besar hanya di dekat pusat gempa, atau yang tergambar dalam video, yakni stasiun seismik A.

Sementara, stasiun seismik B, C, dan D memiliki jarak yang jauh dari pusat gempa.

Pada stasiun D tidak merekam gelombang S, karena gelombang S tidak dapat melakukan merambat melalui inti luar cair Bumi.

Dengan demikian, hanya satu stasiun seismik dapat memberikan informasi tentang seberapa jauh gempa terjadi, namun hal ini hanya memberikan sedikit informasi lainnya.

Selain itu, pada seismograf tergambar grafik getaran gempa yang berbeda, antara satu stasiun dengan stasiun lain karena jarak yang berbeda dari titik pusat gempa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com