Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamatkan Satwa Korban Kebakaran, Australia Sebar 2.000 Kg Wortel dan Kentang dari Helikopter

Kompas.com - 19/01/2020, 19:45 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jika Pemerintah Indonesia sibuk menabur garam menggunakan helikopter untuk memodifikasi curah hujan, Pemerintah Australia menyebarkan wortel dan kentang dari helikopter untuk memberi makan hewan korban kebakaran. 

Melansir dari CNN, Kegiatan itu dilakukan untuk memberi makan para walabi yang habitat juga sumber makanannya habis terbakar karena kebakaran hutan yang terjadi.

Sayur-sayuran segar ini dijatuhkan dari ketinggian di negara bagian New South Wales, sehingga dapat menjangkau satwa-satwa yang berada di area yang sulit dijangkau. Salah satunya walabi, hewan sejenis kanguru yang juga merupakan endemik Australia.

Walabi-walabi yang sudah terancam punah sejak sebelum adanya bencana itu kesulitan mendapatkan makanan, karena hutan tempat mereka hidup banyak yang hangus terbakar.

Alasan ini membuat mereka yang bisa lolos dari kobaran api kesulitan untuk mampu bertahan hidup.

Untuk itu, komunitas yang peduli terhadap keberlangsungan satwa liar di sana menyediakan 2.000 kilogram wortel dan kentang yang siap mereka jatuhkan dari helikopter.

Baca juga: BMKG: Asap Kebakaran Hutan Australia Tidak akan Sampai Indonesia

Terancam punah

Australia sudah memiliki tingkat kepunahan spesies yang tinggi. Hal tersebut diperparah dengan begitu banyak hewan yang terkena dampak kebakaran, tidak jelas berapa banyak satwa liar Australia akan bertahan hidup.

Tak hanya upaya menghujani makanan segar dari udara, komunitas-komunitas lain di sejumlah negara bagian lainnya juga melakukan upaya sejenis dengan menyelamatkan kanguru, unta, kuda, juga alpaka, dengan memberi mereka makanan agar dapat bertahan hidup.

Kebakaran hutan yang terjadi di hampir seluruh kawasan Australia memang mengundang keprihatinan dunia. Diperkirakan lebih dari satu miliar hewan terbunuh dalam bencana alam tersebut.

Mereka tidak bisa lari menyelamatkan diri dari kepungan api yang meluas ke penjuru hutan tempat mereka tinggal. Apalagi satwa seperti koala memiliki kemampuan lari sangat lambat. 

Sebagian dari mereka mengalami luka sehingga semakin memperlambat kemampuan geraknya untuk mencari tempat yang lebih hijau dan mendapatkan asupan makanan berupa rumput-rumput segar.

Hal itu menyebabkan mereka mati secara perlahan, karena rasa sakit dan tidak adanya asupan makanan yang membuat tubuh mereka kehilangan berat badan secara perlahan.

Banyak juga dari mereka yang tidak terselamatkan.

Sementara lainnya yang masih beruntung dapat lolos dari kobaran api juga mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya. Bahkan sebagian dari mereka harus kehilangan anggota tubuh karena harus diamputasi.

Kebakaran besar yang terjadi benar-benar membawa banyak dampak kerusakan yang merugikan, bukan hanya negara, manusia, namun juga satwa-satwa di sana.

Pemerintah Australia pun menganggarkan dana sebanyak 50 juta dollar AS untuk membantu menyelamatkan satwa liar yang terdampak.

Baca juga: Kebakaran Australia: Ini Misi Penyelamatan Pohon Pinus Dinosaurus

Sumber: CNN dan One Green Planet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Peneliti Temukan Sungai Purba yang Aktif 40 Juta Tahun Lalu dan Mengalir di Bawah Antarktika

Peneliti Temukan Sungai Purba yang Aktif 40 Juta Tahun Lalu dan Mengalir di Bawah Antarktika

Tren
Video Viral Bocah Pesepeda Kena Pukul 'Driver' Ojol Saat Bikin Konten di Jalur Sepeda Jakpus

Video Viral Bocah Pesepeda Kena Pukul "Driver" Ojol Saat Bikin Konten di Jalur Sepeda Jakpus

Tren
Dukungan ke Palestina Terus Mengalir, Giliran Kuba Gugat Israel ke ICJ

Dukungan ke Palestina Terus Mengalir, Giliran Kuba Gugat Israel ke ICJ

Tren
Suhu Dieng Capai Minus 0,57 Derajat Celsius di Musim Kemarau, sampai Kapan Berlangsung?

Suhu Dieng Capai Minus 0,57 Derajat Celsius di Musim Kemarau, sampai Kapan Berlangsung?

Tren
3 Wilayah Jateng yang Berpotensi Kekeringan 24-30 Juni 2024, Mana Saja?

3 Wilayah Jateng yang Berpotensi Kekeringan 24-30 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Paus Fransiskus Minta Imam Persingkat Khotbah agar Umat Tidak Tertidur

Paus Fransiskus Minta Imam Persingkat Khotbah agar Umat Tidak Tertidur

Tren
Rincian Biaya Kuliah UPN Veteran Jakarta Jalur Mandiri 2024/2025

Rincian Biaya Kuliah UPN Veteran Jakarta Jalur Mandiri 2024/2025

Tren
Menlu Norwegia dan Bank Dunia Perkirakan Otoritas Palestina Akan Runtuh Tahun Ini

Menlu Norwegia dan Bank Dunia Perkirakan Otoritas Palestina Akan Runtuh Tahun Ini

Tren
Mobil Dinas TNI di Lokasi Penggerebekan Uang Palsu Rp 22 M Dipakai Warga Sipil, Ini Kata Kapuspen

Mobil Dinas TNI di Lokasi Penggerebekan Uang Palsu Rp 22 M Dipakai Warga Sipil, Ini Kata Kapuspen

Tren
Apakah Ada Denda jika Tidak Memadankan NIK-NPWP sampai 30 Juni? Ini Penjelasan DJP

Apakah Ada Denda jika Tidak Memadankan NIK-NPWP sampai 30 Juni? Ini Penjelasan DJP

Tren
Kominfo Putus Internet dari Kamboja-Filipina, Efektif Berantas Judi Online?

Kominfo Putus Internet dari Kamboja-Filipina, Efektif Berantas Judi Online?

Tren
Ubur-ubur Api Muncul di Pantai Gunungkidul, Apa yang Harus Dilakukan jika Tersengat?

Ubur-ubur Api Muncul di Pantai Gunungkidul, Apa yang Harus Dilakukan jika Tersengat?

Tren
1.301 Jemaah Haji Meninggal, Arab Saudi Bantah Gagal Jadi Tuan Rumah Ibadah Haji 2024

1.301 Jemaah Haji Meninggal, Arab Saudi Bantah Gagal Jadi Tuan Rumah Ibadah Haji 2024

Tren
Apa Itu Tanaman Kratom dan Bagaimana Efek Saat Mengonsumsinya?

Apa Itu Tanaman Kratom dan Bagaimana Efek Saat Mengonsumsinya?

Tren
Alasan Polda Sumbar Cari Orang yang Viralkan Kasus Bocah yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

Alasan Polda Sumbar Cari Orang yang Viralkan Kasus Bocah yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com