Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update PVMBG: Ini Kondisi Terkini 12 Gunung Api di Indonesia

Kompas.com - 18/11/2019, 09:36 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Sepanjang Minggu kemarin, terdapat empat beberapa aktivitas vulkanik yang tercatat melalui rekaman seismograf, seperti 190 kali gempa guguran, 17 kali gempa embusan, 2 kali gempa Hybrid atau fase banyak.

Ada pula 66 kali gempa tektonik jauh dan tremor menerus dengan amplitudo 0,25-3 milimeter (dominan 2 milimeter).

Kondisi gunung ini membuat PVMBG menyarankan agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan untuk tidak mendekati zona prakiraan bahaya dalam radius 2,5 kilometer dari puncak Kawah Dua (Kawah Utara) dan Kawah Utama (Kawah Selatan).

Masyarakat juga diimbau agar menjauhi area perluasan sektoral dari Kawah Dua ke arah Barat Laut-Utara sejauh 4 kilometer, serta dari kawah utama sejauh 3 kilometer ke arah barat.

PVMBG juga mengeluarkan rekomenasi agar masyarakat di sekitar Gunung Karangetang menyiapkan masker penutup hidung dan mulut guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan pernapasan saat terjadi hujan abu.

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak gunung agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang.

Ancaman bahaya ini dapat mengalir hingga ke pantai.

Gunung Api Soputan

Selain Gunung Karangetang, gunung api lain di wilayah Sulawesi Utara juga masih berada pada Level II atau Waspada.

Gunung Api Soputan mengalami letusan pada 18 Desember 2018 yang menghasilkan kolom erupsi setinggi 7.000 meter.

Pada pagi ini, gunung api tersebut terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III.

Asap kawah utama juga teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang setinggi 20-50 meyer dari puncak.

Selama Minggu, gunung api ini mengalami beberapa aktivitas vulkanik antara lain 16 kali gempa Guguran, 20 kali gempa Tektonik Jauh, dan 9 kali gempa Harmonik.

Atas adanya aktivitas dan kondisi tersebut, PVMBG mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius 1,5 kilometer dari puncak gunung.

Selain itu, masyarakat diimbai agar tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah sektor arah barat-baratdaya sejauh 2,5 kilometer yang merupakan daerah bukaan kawah.

Imbauan dikeluarkan guna menghindari ancaman leleran lava dan awan panas guguran.

Kemudian masyarakat harus mewaspadai adanya ancaman aliran lahar terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng Gunung Soputan.

Adapun sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Ranowangko, Sungai Lawian, Sungai Popang, dan Londola Kelewahu.

Apabila terjadi hujan abu, masyarakat dianjurkan agar menggunakan masker penutup hidung dan mulut.

Gunung Api Anak Krakatau

Gunung Anak KrakatauShutterstock Gunung Anak Krakatau
Gunung api yang berada di Selat Sunda ini berada di Level II atau Waspada sejak 25 Maret 2019.

Gunung Anak Krakatau dengan ketinggian 157 meter dari permukaan laut tersebut mulai mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018 dan diikuti serangkaian erupsi periode September 2018 hingga Februari 2019.

"Letusan terakhir terjadi pada tanggal 13 Noember 2019 mengasilkan tinggi kolom erupsi 200 meter dari dasar kawah. Warna kolom abu teramati putih-hitam tebal," kata Kasbani.

Pagi ini, pantauan PVMBG, gunung tersebut tertutup Kabut 0-II. Melalui pantauan CCTV, terdapat asap putih tipis-tebal dengan tinggi 25-150 meter dari kawah.

Selain itu, pantauan seismograf mencatat ada 2 kali gempa Hembusan dan Tremor Menerus dengan amplitudo 1-7 milimeter (dominan 2 milimeter).

Adapun rekomendasi yang diberikan PVMBG adaalah agar masyarkat tdaik mendekati kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.

Gunung Api Merapi

Penampakan Gunung Merapi dari Pos Selo, Boyolali, Senin (18/11/2019) pukul 06.02 WIB.Dok. PVMBG Penampakan Gunung Merapi dari Pos Selo, Boyolali, Senin (18/11/2019) pukul 06.02 WIB.
Gunung yang mengalami erupsi pada Minggu kemarin tersebut terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-II pada pagi ini.

Sementara rekaman seismograf menunjukkan, pada Minggu, Merapi mengalami 1 kali gempa letusan atau erupsi, 14 kali gempa guguran, 3 kali gempa low frequency.

Gunung api ini juga mengalami 52 kali gempa hybrid atau fase banyak, 7 kali gempa vulkanik dangkal, dan 4 kali gempa vulkanik dalam.

PVMBG menyatakan Merapi masih memiliki potensi ancaman bahaya berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava serta jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.

Dengan adanya aktivitas ini, masyarakat diharapkan waspada dan mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif.

"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," kata Kasbani.

Gunung Api Dukono

Semburan abu vulkanik Gunung Dukono, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Senin (19/12/2016)KOMPAS.com/YAMIN ABD HASAN Semburan abu vulkanik Gunung Dukono, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Senin (19/12/2016)
Gunung api di Provinsi Maluku Utara itu mengalami erupsi menerus dengan tingkat aktivitas ada Level II atau Waspada.

Letusan terakhir gunung api ini terjadi pada 16 November 2019 yang menghasilkan tinggi kolom erupsi hingga 600 meter.

Kondisi pada pagi ini, Gunung Api Dukono terlihat jelas dengan asap kawah utama teramati berwarna putih dan kelabu.

Adapun intensitas tebal tinggi sekitar 200-700 meter dari puncak.

Rekaman seismograf pada Minggu menunjukkan beberapa aktivitas vulkani yang terpantau seperti 1 kali gempa Tektonik Lokal, 4 kali Gempa Tektonik Jauh, Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5-2,0 milimeter (dominan 2 milimeter).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

Tren
Ketika Makam Mbah Moen di Mekkah Tak Pernah Sepi Peziarah...

Ketika Makam Mbah Moen di Mekkah Tak Pernah Sepi Peziarah...

Tren
Jerat Judi Online dan Narkoba di Lingkungan Kepolisian, Kompolnas: Ironis…

Jerat Judi Online dan Narkoba di Lingkungan Kepolisian, Kompolnas: Ironis…

Tren
Bulan Disebut Mulai Menjauh dari Bumi, Kecepatannya Setara dengan Pertumbuhan Kuku Manusia

Bulan Disebut Mulai Menjauh dari Bumi, Kecepatannya Setara dengan Pertumbuhan Kuku Manusia

Tren
Deretan Korban Tewas karena Judi Online, Terbaru Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Deretan Korban Tewas karena Judi Online, Terbaru Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Tren
Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Tren
Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Tren
Mengenal 'Bamboo School' Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Mengenal "Bamboo School" Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Tren
Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Tren
Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Tren
Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Tren
Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Tren
UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

Tren
Mantan Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Mantan Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Tren
Cara Memilih Sekolah SMP-SMA Jalur Zonasi PPDB Jakarta 2024

Cara Memilih Sekolah SMP-SMA Jalur Zonasi PPDB Jakarta 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com