KOMPAS.com - Kematian pelukis Basoeki Abdullah mungkin menjadi salah satu peristiwa yang mengejutkan publik di penghujung tahun 1993.
Maestro legendaris itu ditemukan tewas di kediamannya di Pondok Labu, Jakarta Selatan pada 5 November 1993.
Akibat pembunuhan ini, lukisan BJ Habibie tak pernah rampung, bahkan baru selesai 50 persen.
Pelakunya adalah seorang pria berinisial AMD (23). Dia bekerja sama dengan tukang kebun Basoeki berinisial WHY, ABD, serta TS. Bersama, mereka merencanakan perampokan di rumah pelukis legendaris tersebut.
Namun naas, AMD yang kala itu sedang melaksanakan aksinya tepergok oleh Basoeki. AMD lalu langsung memukul kepala Basoeki sampai meninggal.
Baca juga: Museum Basoeki Abdullah, Tempat Berkarya hingga Sang Maestro Menutup Mata...
Setelah itu, AMD melanjutkan aksinya dan mengambil 43 arloji, sebuah kamera, walkman, jaket, uang sebesar Rp 200.000, dan segepok mata uang asing.
Selang empat hari setelah kejadian, polisi berhasil meringkus para pelaku perampokan dan pembunuhan. Harian Kompas, 10 November 1993 mewartakan, penangkapan itu dilaporkan ke Presiden Soeharto.
AMD yang terbukti membunuh sang maestro dihukum penjara 15 tahun, sementara WHY dan ABD dihukum penjara selam 12 dan 10 tahun.
Pelukis yang terkenal dengan aliran naturalis ini dilahirkan dengan nama Raden Basoeki Abdullah pada 27 Januari 1915 di Solo.
Basoeki Abdullah telah malang melintang di dunia seni lukis. Bahkan sejak usia empat tahun, ia gemar melukis tokoh-tokoh terkenal seperti Mahatma Gandhi, Rabindrath Tagore, hingga Krisnamurti.
Anak kedua dari pelukis R Abdullah Suryosubroto ini pernah mengenyam pendidikan di Royal Academy of Fine Art lalu melanjutkan studinya di The Hagues, Gravenshage, serta Free Academy of Fine Arts. Setelah itu, ia menetap selama 15 tahun di Thailand dan menjadi pelukis istana.
Baca juga: Pengunjung Museum Basoeki Abdullah Meningkat Setelah MRT Beroperasi
Menurut pemberitaan Harian Kompas, 6 November 1993, Basoeki pernah menikah dengan wanita Belanda bernama Josephine pada tahun 1937 di Den Haag.
Pernikahan itu bertahan selama tiga tahun. Dari pernikahan ini, cucu pahlawan Kebangkitan Nasional Dr Wahidin Sudirohusodo tersebut memiliki seorang putri bernama Saraswati.
Setelah bercerai dari istri pertamanya, Basoeki melabuhkan hatinya pada penyanyi seriosa Belanda bernama Maria Michele yang akrab dipanggil Maya.
Kemudian pada tahun 1962, ketika ia bekerja sebagai pelukis istana kerajaan, Basoeki menikahi seorang wanita Thailand bernama Noi. Namun, perkawinan tersebut hanya berumur setahun dan tidak membuahkan anak.
Kemudian ia kembali menikahi wanita Thailand yang saat itu merupakan peserta lomba ratu kecantikan Miss Thailand bernama Nattaya Nareerat.
Sosok Basoeki tenar lantaran ia kerap melukis sejumlah potret kepala negara dan berbagai orang penting. Ia dianggap sebagai tokoh duta budaya.
Basoeki melukis potret raja dan ratu Thailand sejak tahun 1960. Ia kemudian kembali melukis keduanya pada tahun 1963.
Baca juga: Rayu-merayu dan Basoeki Abdullah
Mantan sekretaris pribadi Basoeki, Greta Luntungan, menjelaskan, Basoeki adalah pelukis yang dekat dengan Raja Thailand Bhumibol dan Ratu Sirikit.
"Pak Bas malah memiliki kantor sendiri di istana. Dan bahkan sering mengajar Raja melukis," ucap Greta seperti dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 6 November 1993.
Bukan hanya para pembesar Kerajaan Thailand saja, Basoeki juga pernah meluikis potret Ferdinand Marcos beserta istrinya, Imelda pada tahun 1977. Bahkan potret tercantik Imelda, ia lukis pada tahun 1981. Begitu pula lukisan suaminya, Ferdinand.
Selain itu, Basoeki pun juga pernah melukis paras pemimpin tertinggi Brunei Darusalam, Hasaanal Bolkiah. Ketiga lukisan tokoh terkenal itu pun hanya menggambarkan wajah dan tidak menghadirkan garis anatomi tubuh.
Baca juga: Museum Basoeki Abdullah Diperluas
Karya lain yang hadir lewat goresan tangannya adalah potret Soekarno. Ia menggambar sisi kiri wajah Soekarno. Potret ini kemudian hari menjadi perangko ikonik Orde Lama.
Meski mendapat pujian atas karyanya, ia dikenal sebagai sosok kontroversial di tengah perkembangan seni rupa modern. Aliran seninya, Mooi Indie dikecam keras oleh para pelukis yang tergabung dalam Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).
Meski banyak menuai kecaman, tetapi karyanya tetap lekat di ingatan. Sebut saja Joko Tarub, Pangeran Diponegoro, Rahwana dan Jatayu memperebutkan Dewi Sinta, serta Nyai Loro Kidul yang banyak direproduksi oleh para pengagumnya. Kekaguman seperti ini tidak banyak dinikmati oleh para seniman lain.