Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecanduan Internet, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 13/10/2019, 19:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagaimana interaksi keseharian Anda dengan internet? Urusan pekerjaan, hiburan, belanja, berkomunikasi, bisnis, dan lain-lain, menjadi alasan berselancar di dunia maya.

Ada pula yang seakan tak bisa melepaskan perangkat digital di tangannya dan menghabiskan hampir seluruh waktunya terkoneksi dengan internet, hingga dideteksi mengalami kecanduan internet.

Apa itu kecanduan internet?

Istilah kecanduan internet telah digunakan sejak tahun 1995 oleh Dr Ivan Goldberg.

Para ahli dan peneliti banyak yang menaruh perhatian pada kecanduan internet.

Kecanduan internet telah dianggap sebagai ganggauan mental, meski tidak diakui secara resmi.

Namun, kecanduan internet telah memengaruhi 38 persen penduduk di dunia ini.

Mari mengenali lebih jauh soal kecanduan internet.

Penyebab

Kecanduan internet digambarkan sebagai gangguan kontrol impuls, yang tidak melibatkan penggunaan obat yang memabukkan dan sangat mirip dengan gangguan pengendalian diri.

Hampir sama dengan kecanduan lainnya, mereka yang menderita kecanduan Internet menggunakan dunia fantasi virtual untuk terhubung dengan orang-orang melalui internet.

Tidak ada yang mengetahui penyebab pasti yang membuat seseorang mengalami kecanduan internet.

Beberapa bukti menunjukkan, susunan otak penderita kecanduan internet mirip dengan mereka yang menderita ketergantungan bahan kimia, seperti obat-obatan atau alkohol.

Menariknya, beberapa penelitian mengaitkan gangguan kecanduan internet dengan perubahan struktur otak secara fisik.

Khususnya, yang memengaruhi jumlah materi abu-abu dan putih di wilayah otak prefrontal.

Hal ini mengakibatkan penderita tidak bisa memprioritaskan mana tugas penting dalam hidup.

Mereka menjadi ketergantungan dengan internet dan menganggapnya lebih penting.

Pada dasarnya, perilaku adiktif memicu pelepasan dopamin untuk mempromosikan pengalaman menyenangkan.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kegiatan yang diperlukan untuk mendorong respons menyenangkan yang sama hingga menciptakan ketergantungan.

Hal ini pula yang terjadi pada penderita kecanduan internet.

Kadar dopamin dan serotonin penderita kecanduan internet biasanya lebih sedikit dibandingkan yang lainnya.

Kekurangan bahan kimia inilah yang membuat seseorang terus terlibat dalam penggunaan internet untuk menerima respons menyenangkan yang sama.

Kecenderungan kecanduan internet juga terkait dengan kecemasan dan depresi.

Seringkali, jika sudah menderita kecemasan atau depresi, mereka akan mengalihkannya pada penggunaan internet untuk meringankan kecemasan atau depresi tersebut.

Gejala

Tanda dan gejala gangguan kecanduan internet dapat muncul dalam manifestasi fisik dan emosional.

Beberapa gejala emosional gangguan kecanduan internet antara lain:

  • Depresi
  • Ketidakjujuran
  • Perasaan bersalah
  • Kegelisahan
  • Perasaan euforia saat menggunakan komputer
  • Ketidakmampuan untuk memprioritaskan atau menjaga jadwal
  • Mengisolasi diri
  • Lemah pertahanan diri
  • Menghindari pekerjaan
  • Agitasi
  • Perubahan suasana hati
  • Takut
  • Larut dalam kesendirian
  • Kebosanan dengan tugas rutin
  • Sering menunda.

Sementara itu, gejala fisik gangguan kecanduan internet di antaranya:

  • Sakit punggung
  • Sindrom terpal carpal
  • Sakit kepala
  • Insomnia
  • Nutrisi buruk (gagal makan atau makan berlebihan untuk menghindari komputer)
  • Kebersihan pribadi buruk (misal: tidak mandi untuk tetap online)
  • Sakit leher
  • Mata kering dan masalah penglihatan lainnya

Efek kecanduan internet

Kecanduan internet bisa mendatangkan masalah pribadi, keluarga, akademik, keuangan, dan pekerjaan.

Mereka yang menderita kecanduan internet menghabiskan lebih banyak waktu sendirian daripada berinteraksi dengan orang-orang dalam kehidupan nyata.

Bahkan, penderita kecanduan internet bisa saja mengubah indetitas mereka dan berpura-pura menjadi ornag lain di dunia maya karena merasa rendah diri.

Hal seperti inilah yang bisa mengarah pada depresi dan kecemasan.

Kecanduan Internet juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik atau masalah medis seperti sindrom carpal tunnel, mata kering, sakit punggung, sakit kepala parah, penyimpangan makan, dan gangguan tidur.

Cara mengatasi kecanduan internet

Langkah pertama mengatasi kecanduan internet adalah mengakui bahwa kita memang menderita kecanduan internet dan secara perlahan membatasi penggunaan internet.

Selain itu, bisa meminta bantuan seorang ahli untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Beberapa ahli berpendapat, obat-obatan efektif untuk mengatasi masalah ini.

Alasannya, penderita kecanduan internet diindikasi menderita kondisi yang mendasari kecemasan dan depresi.

Penelitian telah menunjukkan bahwa obat anti-kecemasan dan anti-depresan juga bisa membantu mengatasi masalah kecanduan internet.

Selain itu, aktivitas fisik bisa menjadi cara efektif dalam meningkatkan kadar serotonin dan mengurangi ketergantungan pada internet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com