Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Syukuran Bupati Lampung Utara Ditangkap KPK, Bagaimana dari Kacamata Sosiolog?

Kompas.com - 08/10/2019, 14:44 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Masyarakat Kabupaten Lampung Utara menggelar syukuran setelah Bupati Lampung Utara Agung Ilmu Mangkunegara ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Guru Besar Sosiologi Universitas Gadjah Mada Prof Dr. Sunyoto Usman, MA, menilai, ada alasan lain di balik ungkapan syukur masyarakat Kabupaten Lampung Utara atas ditangkapnya Bupati Lampung Utara oleh KPK.

“Mungkin sekali yang melakukan itu elit-elit politik yang kecewa ketika kalah kontestasi kemarin. Atau dengan (menanamkan) kesadaran ‘Sebetulnya dia tidak mampu, tapi karena ada massa yang digerakkan dulu, dia terpilih’,” kata Usman saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/10/2019).

Menurut dia, hal ini merupakan konsekuensi yang wajar dari sebuah proses pemilihan umum yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat.

Baca juga: Bupati Lampung Utara Ditangkap KPK, Warga: Hati Kami Lega...

Ia mengatakan, ada pihak yang menebar opini berseberangan untuk mengontrol bahkan menjatuhkan pihak yang terpilih.

“Biasanya ketika sebelum dan sampai sesudah (terpilih) terjadi sosialisasi ide, penebaran termasuk public distrust, 'deligitimasi' untuk tidak percaya, termasuk setelah dipimpin itu terus ada. Baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional, terus itu, sampai nanti terjadi pemilihan berikutnya,” jelas Usman.

Menurut Usman, akan berbeda ceritanya ketika pemilihan dilakukan oleh wakil rakyat.

“Ini karakter pemilihan langsung, spontan, massif. Berbeda dengan pemilihan perwakilan. Kalau mereka biasanya setelah terpilih ya sudah, karena itu urusan mereka sendiri kalau misalnya dipilih MPR,” ujar Usman.

Bukan aksi spontan

Menurut Usman, semua kejadian yang berhubungan dengan politik sangat jarang terjadi secara spontan.

Hal ini tidak seperti kejadian yang bersifat sosial kemanusiaan seperti gotong-royong dalam bencana, atau empati karena duka.

“Kalau politik itu tidak mungkin kayak bencana, gotong royong membangun rumah, spontan, melayat, karakteristiknya itu pasti ada akarnya, ada prosesnya, ada penyengatnya,” ujar Usman.

Baca juga: OTT di Lampung Utara, Pernah Jabat Camat Sebelum Jadi Bupati hingga Miliki Kekayaan Rp 2,3 M

Beberapa hal yang bisa melatarbelakangi tindakan masyarakat terkait politik, kata Usman, di antaranya latar belakang (ideologi, ekonomi, politik).

Ada proses mulai dari yang bersifat lunak hingga keras, dan momentum yang mendukung.

“Mungkin tertangkap OTT itu dianggap sebagai momentum yang sangat strategis,” kata dia.

Jika melihat jenis-jenis pemimpin dari sisi teoritis, bupati yang tertangkap tersebut dimungkinkan tergolong sebagai pemimpin simbolik, yang memiliki banyak massa namun tidak mendapat dukungan dari para elit politik.

Dukungan massa bisa diperoleh dengan adanya mobilisasi dengan mengangkat isu etnik, agama, dan sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com