Para peneliti ini menggunakan teknologi pemerikasaan mata guna mengetahui respons pupil mata saat para relawan melihat 60 gambar yang terdiri dari gambar hewan berbahaya, pemicu trypophobia, dan gambar netral atau hewan yang tidak berbahaya.
Hasil penelitian itu menunjukkan, ketika gambar hewan berbahaya itu ditunjukkan, pupil mata akan menjadi lebih besar sebagai respons terhadap rasa ketakutan.
Sementara, saat relawan ditunjukkan gambar pemicu trypophobia, pupil mata menjadi lebih kecil sebagai respons atas rasa jijik.
Saat rasa jijik itu muncul, detak jantung dan pernapasan menjadi lebih lambat.
Hal ini terjadi karena tubuh tengah mempersiapkan diri untuk bahaya yang akan terjadi.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan adanya pola lubang reguler yang memicu timbulnya trypophobia ini membuat manusia enggan melihat hal tersebut.
Sebab, pola itu menyerupai parasit atau penyakit menular.
Dalam publikasi Psychological Science, seorang psikolog dari University of Essexs, Arnold Wilkins mengungkapkan, penyebab trypopohbia bersifat adaptif evolusioner.
Artinya, manusia secara alamiah menghindari hal-hal yang bisa membahayakan dirinya.
Sementara, studi jurnal Cognition and Emotion yang dipublikasi pada 2018 mengungkapkan, ketakutan ini muncul karena berevolusi dari respons masyarakat terhadap penyakit.
Masyarakat menganggap trypophobia ini tidak menimbulkan rasa takut, melainkan rasa jijik.
Rasa takut dan rasa jijik memiliki pengaktifan sistem saraf yang berbeda.
Rasa takut itu muncul saat Anda melihat ular atau hewan berbahaya lain yang membuat tubuh memiliki modus berperang atau lari.
Sementara, jika ada rasa jijik, tubuh akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatetik yang membuat tubuh rileks sebagai upaya hemat energi.
(Sumber: Kompas.com/ Gloria Styvani Putri, Shierine Wangsa Wibawa, Monika Novena)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.