KOMPAS.com - Perkara penghentian audisi umum beasiswa bulu tangkis tahun 2020 diadakan oleh PB Djarum menyita perhatian publik selama beberapa hari terakhir. Penghentian ini terkait tudingan eksploitasi anak yang diberikan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Terlepas dari polemik penghentian audisi ini, Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum atau disingkat dengan PB Djarum sejak lama dikenal sebagai salah satu klub badminton Indonesia yang banyak menyumbang atlet berprestasi baik di kancah nasional maupun internasional.
Tercatat, klub yang bermarkas di Kudus ini berhasil menjuarai berbagai turnamen bergengsi dunia seperti Olimpiade dan kejuaraan dunia bulu tangkis melalui para atletnya.
Beberapa nama atlet bulutangkis Indonesia yang merupakan jebolan dari PB Djarum adalah M. Ahsan, Kevin Sanjaya Sukamuljo, dan Tantowi Ahmad.
Melalui audisi umum beasiswa bulutangkis, PB Djarung hadir untuk menjaring talenta-talenta muda atlet bulutangkis dari seluruh Indonesia.
Baca juga: Polemik PB Djarum vs KPAI yang Berujung Stop Audisi...
Nantinya, peserta yang memasuki tahap akhir akan mendapatkan beasiswa bulu tangis dan didik untuk menjadi atlet berprestasi.
Sejarah terbentuknya PB Djarum sendiri adalah bermula dari kegemaran para karyawan PT Djarum untuk bermain badminton, seperti dikutip dari laman resmi PB Djarum.
Tak hanya para karyawan, Budi Hartono selaku CEO PT Djarum pun memiliki kegemaran yang sama.
Awalnya, kegiatan itu hanya sebagai kegiatan penyalur hobi bagi para karyawan.
Namun, pada perjalanannya banyak pemain luar yang turut bergabung untuk bermain bulutangkis.
Di tahun 1970, barak tempat karyawan melinting rokok yang berada di Jl. Bitingan Lama No. 35 Kudus digunakan sebagai tempat berlatih bulutangkis ketika sore hari.
Mereka yang mengikuti latihan itu berada di bawah nama komunitas Kudus.
Dari kegemaran itu, lahirlah atlet muda berbakat seperti Liem Swie King.
Ia memiliki prestasi gemilang dengan menjuarai gelaran Piala Munadi di sektor ganda putra di tahun 1972.
Prestasi inilah yang kemudian menumbuhkan keinginan Budi Hartono untuk mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum.