Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duduk Perkara Kaos Berlogo Djarum pada Audisi Beasiswa Bulu Tangkis

Kompas.com - 09/09/2019, 20:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - PB Djarum mengumumkan tidak akan menyelenggarakan event audisi beasiswa bulu tangkis pada tahun 2020. Keputusan ini diambil setelah lembaga pendidikan ini dinilai mengeksploitasi anak lewat penggunaan kaos bergambar logo perusahaan.

Manajer Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau, Nina Samidi angkat bicara. Kepada Kompas.com, Nina menuturkan, pihaknya yang melaporkan ke KPAI tentang adanya pelanggaran yang dilakukan dalam audisi bulu tangkis PB Djarum.

Laporan Komnas Pengendalian Tembakau

Menurut Nina, pada awalnya PB Djarum mendapat laporan karena adanya pemakaian logo brand tersebut pada kaos yang dipakai anak-anak saat audisi.

Nina menjelaskan, hal ini sebenarnya yang menjadi permasalahan. Dia menambahkan, hal ini dilarang dan tertuang dalam UU Perlindungan Anak, yaitu tentang eksploitasi ekonomi yang dilakukan lewat product marketing.

Selain itu, peraturan kedua mengenai hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Baca juga: PB Mutiara Cardinal Prihatin dengan Polemik Audisi PB Djarum

Menurut Nina, dalam peraturan tersebut diatur bahwa kegiatan CSR yang dilakukan oleh industri rokok dengan produk zat adiktif tidak boleh melakukan promosi dalam acara yang disponsori.

"Bahkan mereka tidak boleh memakai brand image atau desain grafis yang merujuk pada merek produk tertentu. Mereka tidak boleh mempublikasikan CSR tersebut," ucap Nina.

Ia melanjutkan, masalah ini sebenarnya sudah mencapai tititk temu dalam pertemuan yang dilakukan PB Djarum dengan KPAI, KPPPA, dan Menpora. Dalam pertemuan tersebut, PB Djarum harus mencabut logo dari atribut audisi. Hal ini juga telah dilakukan dalan audisi di Purwokerto.

"Pihak Djarum sudah sadar bahwa ada yang mereka langgar, dan sekarang mereka menaati," ucap Nina.

Larangan WHO

Tak hanya Nina, World Health Organization (WHO) sebelumnya telah melarang keras promosi produk rokok, termasuk sebagai sponsor event.

Menurut WHO, hal-hal yang dilakukan oleh Djarum lewat beasiswa bulu tangkis disebut merupakan upaya membujuk orang yang tidak merokok untuk mulai melakukannya.

"Anak muda sangat rentan menjadi pengguna tembakau, dan setelah kecanduan, kemungkinan besar akan menjadi pelanggan tetap (tembakau) selama bertahun-tahun," tulis WHO dalam laporan WHO Report on The Global Tobacco Epidemic yang terbit tahun 2013.

Lembaga ini juga menyebut, iklan rokok dalam bentuk apa pun dapat meningkatkan keingintahuan anak muda. Dengan demikian, anak-anak yang belum terpapar rokok sangat mungkin menganggap barang ini tidak berbahaya sehingga memicu untuk mulai merokok.

Baca juga: Menurut WHO, Djarum Memang Tidak Boleh Sponsori Event Olahraga

Tudingan Eksploitasi Anak

Sementara Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menjelaskan, anak-anak tidak boleh dijadikan alat untuk sponsor atau iklan.

Dia melanjutkan, hal ini tertuang dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2004. Di dalam aturan tersebut, disebut bahwa menggunakan badan anak sebagai iklan merupakan sarana eksploitasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com