Terdakwa lain yakni Ahmad Hasan, juga dituntut hukuman mati.
Sebelumnya, terpidana lain yakni Irun Hidayat hanya dihukum penjara tiga tahun enam bulan, sedangkan Agus Ahmad divonis empat tahun penjara, dan Heri Sigu dihukum tujuh tahun penjara.
Sebelumnya, pada Juni 2004, polisi sempat meningkatkan asistensi dan pelatihan keamanan di lingkungan lima kantor kedutaan besar asing di Jakarta.
Pelatihan ini dilakukan mengingat adanya informasi intelijen mengenai rencana kelompok yang dikabarkan akan membunuh duta besar asing dari negara Barat.
Harian Kompas ,16 Juni 2004, menyebutkan, Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri saat itu, Inspektur Jenderal Dadang Garnida, mengatakan, ada lima kedubes yang ditingkatkan pengamanannya.
Kelima kedubes itu antara lain Inggris, Amerika Serikat, Australia, Spanyol, dan Belanda.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 34 Tahun Lalu, Bangkai Kapal Titanic Ditemukan
Bahkan, Menteri Luar Negeri Australia saat itu, Alexander Downer mengatakan bahwa pihaknya sebenarnya telah meningkatkan pengamanan di kantor kedubesnya di Jakarta selama beberapa tahun terakhir.
Menurut arsip Harian Kompas, 10 September 2004, berjudul Dunia Kecam Ledakan Bom, Downer menuturkan, sepekan sebelum ledakan bom, pihak Australia telah menerima ancaman teror bom di beberapa hotel di Indonesia.
Kemudian, setelah adanya ancaman tersebut, pihaknya langsung mengeluarkan travel warning kepada warganya yang berkunjung ke Indonesia.
Tak hanya Australia, peringatan bepergian ke Indonesia juga dikeluarkan oleh beberapa negara lain, antara lain, Inggris, Jepang, Yunani, Selandia Baru, dan beberapa negara lain.
Seperti diketahui, peristiwa bom di depan Gedung Kedubes Australia terjadi 11 hari sebelum pilpres berlangsung.
Setelah mendengar informasi mengenai hal ini, Presiden Megawati Soekarnoputri saat itu langsung menuju lokasi kejadian, setibanya dari Brunei Darussalam.
Arsip pemberitaan Harian Kompas, 10 September 2004, berjudul Ledakan Bom Pengaruhi Pilpres Putaran Kedua, menuliskan, pengamat politik Wakil Direktur Riset Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Entjeng Shobirin Nadj memprediksi peristiwa tersebut bisa menjatuhkan popularitas presiden yang juga kandidat calon presiden, Megawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.