Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Guru Dianiaya, Apakah Peran Pengajar Sudah Berubah?

Kompas.com - 08/09/2019, 17:26 WIB
Retia Kartika Dewi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus kekerasan terhadap guru yang berbuntut hukuman pidana bagi pelaku terjadi di SD Pabangiang, Gowa, Sulawesi Selatan pada Rabu (4/9/2019).

Adapun kasus kekerasan itu ramai dibicarakan di media sosial, sebab tindakan tersebut terekam dalam video singkat.

Diketahui, pelaku NV (20) dan APR (17) merupakan keluarga dari siswa yang berseteru dengan teman sekelasnya.

Kemudian, karena suatu hal guru yang berusaha melerai dua siswanya yang bertengkar itu justru dianiaya. Penganiayaan ini bahkan menimbulkan luka pada wajah sang guru.

Berangkat dari kejadian ini, apakah peran guru di sekolah sudah tidak dihormati sebagaimana pepatah: "Guru iku digugu lan ditiru (apa yang disampaikan senantiasa dipercaya dan menjadi panutan bagi muridnya)"?

Baca juga: Anak Disetrap, Istri Anggota DPRD Lombok Timur Ngamuk dan Diduga Pukul Guru

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Drs Koentjoro MBSc PhD mengungkapkan bahwa fenomena yang menimpa sang guru di Sulawesi merupakan ketidakmampuan orangtua untuk membedakan masalah yang dialami anaknya.

"Artinya gini, orangtua enggak bisa membedakan mana masalah anak dengan anak dan antara masalah anak dengan guru," ujar Koentjoro saat dihubungi Kompas.com pada Sabtu (7/9/2019).

Menurutnya, guru memang memiliki tanggung jawab membimbing anak di sekolah, tetapi tanggung jawab guru tidak sepenuhnya membimbing anak, melainkan orangtua juga memiliki tanggung jawab dalam membimbing anak.

"Mestinya kalau persoalan anak dengan anak ya diselesaikan anak dengan anak, minimal kalau minta bantuan sekolah itu minta bantuan untuk memediasi dengan antar orangtua dan dipastikan tidak melakukan penganiayaan terhadap guru," ujar Koentjoro.

"Namun, jika ada penganiayaan terhadap guru, saya kira kekeliruan orangtua di situ," kata dia.

Orangtua ikut campur

Selain itu, menanggapi sikap orangtua yang ikut terlibat dalam permasalahan anak di sekolah, Koentjoro menganggap hal itu terjadi karena kebanyakan orangtua tidak paham betul tentang pendidikan keluarga.

Ia mengungkapkan, pendidikan keluarga merupakan salah satu metode dalam mendidik anak, selain di sekolah.

"Kalau Ki Hajar Dewantara itu dulu kan punya mindset 3 pusat pendidikan, yakni sekolah, keluarga, dan mayarakat," ujar Koentjoro.

Sementara, Koenjoro menyampaikan bahwa menurut data sekitar tahun 2014 sebanyak 23 juta kepala keluarga berpendidikan SD-SMP.

Menurutnya, pendidikan awal 9 tahun ini secara otomatis belum memiliki bekal cukup untuk mendidik anak-anaknya.

Adapun jika ditelisik, keberhasilan dan kegagalan si anak itu lebih banyak ditentukan berdasarkan pendidikan atau oengajaran dari orangtua, bukan oleh sekolah.

Baca juga: Viral Video Guru Dianiaya, FSGI Ingatkan soal Perlindungan Guru

Jadi, semisal orangtuanya tidak memiliki pendidikan yang cukup, maka ia gagal juga mendidik anak-anaknya.

Tidak hanya dari segi tingkat pendidikan orangtua, faktor lain yang umumnya membuat anak sukses dalam pendidikan, yakni kehidupan keluarga, kehidupan ekonomi, dan lainnya.

Sekolah tempat mendidik atau mengasuh anak?

Koentjoro mengatakan bahwa saat ini timbul kecenderungan orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya ke sekolah.

Menurutnya, dengan menyerahkan sepenuhnya atau melepaskan pendidikan orangtua dan dipasrahkan kepada guru saja itu tindakan yang salah.

"Jadi, orangtua melepas pendidikan anak-anaknya dan menerapkan pendidikan itu ke sekolah, saya kira itu fenomena yang salah," ujar Koentjoro.

Ia mengatakan bahwa pada masa jabatan Presiden Soekarno, sekolah hanya dianggap sebagai lembaga pengajaran.

"Sekolah itu sebenarnya hanya salah satu komponen untuk melakukan pendidikan anak, komponen lainnya di keluarga dan lingkungan," kata dia.

Maka, sangat disayangkan jika orangtua abai dalam melakukan pendidikan dan juga di lingkungan.

Koentjoro menyampaikan, penyebab ketidakmampuan orangtua dalam mendidik anak-anaknya, karena sibuk dengan urusannya masing-masing.

Oleh karena itu, tidak heran jika sekolah hanya dijadikan tempat penitipan anak saja, bahkan orangtua berani melawan guru.

Baca juga: Fakta Viral Video Guru Dianiaya 2 Wanita di Dalam Kelas, Disaksikan Siswa hingga Ditetapkan Tersangka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com