JAKARTA, KOMPAS.com - Tawuran antar warga terjadi di kawasan Manggarai, tepatnya di depan pasar Raya Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2019) sekitar pukul 16.30 WIB.
Adapun para warga yang terlibat adalah dari Tebet, Jakarta Selatan dan Menteng, Jakarta Pusat.
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Koentjoro Soeprapto mengatakan, tawuran yang terjadi di Manggarai sudah berlangsung lama dan terjadi karena banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain kepadatan penduduk, jurang yang kaya dan miskin begitu besar, lalu lintas yang padat hingga akhirnya menyulut agresivitas massa dan menjadi mudah disulut kemarahannya.
Selain itu, ada banyak faktor lain yang melatarbelakangi tawuran yang terjadi akhir-akhir ini.
"Ada tiga faktor yang menjadi penyebab tawuran, faktor karena memang diadu, faktor kepentingan, dan dendam lama," kata Koentjoro saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/9/2019).
Menurutnya, alasan warga ataupun pelajar melakukan tawuran adalah untuk mendapat pengakuan dari orang lain.
"Karena pada dasarnya, manusia memiliki sifat kebinatangan. Dari situ akan timbul rasa ingin diakui atau ingin terlihat wah," lanjutnya.
Baca juga: Ini Kronologi Tawuran di Atas Rel yang Terjadi di Manggarai
Koentjoro menyebutkan, motivasi seseorang untuk melakukan tawuran juga dapat muncul dari sejak keluarga. Misalnya saja saat pembagian warisan.
Dalam pembagian warisan tersebut salah satunya adalah membagikan tanah. Bila tanah yang didapat dipermasalahkan, maka akan dibela mati-matian atau dalam bahasa jawa disebut sakdumuk batuk, sanyari bumi.
Hal tersebut sudah menggambarkan salah satu bibit tawuran.
Selain itu, Koentjoro mencontohkan kasus yang terjadi di Papua kemarin adalah karena masalah ketersinggungan yang telah terjadi sejak lama.
"Penyebabnya karena mereka sangat tersinggung, tentu tersinggungnya bukan hanya kemarin dan masuknya kepentingan lain, tetapi sudah menumpuk hingga akhirnya meledak," paparnya.
Dirinya menambahkan, tawuran di desa dan di kota penyebabnya berbeda.
"Kalau di desa tawuran terjadi karena nilai dan masalahnya sepele, misalnya perebutan tanah dan saat nonton dangdut lalu bersenggolan akhirnya menimbulkan tawuran antar geng. Bila di kota, terjadi karena mobilisasi massa, artinya menyewa preman," imbuhnya.