Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan di Pelabuhan Merak, Ini Kasus Kemacetan Saat Mudik Lebaran Terparah di Indonesia

KOMPAS.com - Antrean panjang kendaraan terjadi di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten pada Minggu (7/4/2024).

Kendaraan pemudik bahkan harus mengantre sepanjang 18 kilometer atau sekitar 10 jam.

Seorang sopir truk, Taufik mengaku bahwa ia mulai terjebak macet di KM 90 menuju Pelabuhan Merak.

Taufik juga khawatir kemacetan yang lama membuat 3,2 ton kentang yang dibawanya dari Bandung menuju Kota Bandar Jaya, Lampung busuk saat di jalan.

"Mudah mudahan aman, makin lama (macet) kayanya makin hancur," ungkap Taufik, dikutip dari Kompas.com, Minggu (7/4/2024).

Meskipun kendaraan telah berhenti selama 10 jam, kemacetan di Pelabuhan Merak kali ini bukan termasuk kasus macet mudik terparah yang pernah terjadi di Indonesia.

Macet mudik Lebaran terparah di Indonesia

Kasus macet mudik Lebaran paling parah di Indonesia terjadi di Gerbang Tol Brebes Timur, Brebes Barat, dan Pejagan, Jawa Tengah yang dikenal dengan akronim Brebes Exit (Brexit) pada 1-3 Juli 2016.

Puncak kemacetan yang terjadi pada 3 Juli 2016 bahkan mencapai panjang 33 kilometer.

Menurut data dari Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes, tercatat sebanyak 17 pemudik meninggal dunia mulai 29 Juni-5 Juli 2016 di wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dikutip dari Kompas.com, Selasa (26/4/2022).

Korban yang meninggal disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sakit, kelelahan, dan kecelakaan lalu lintas.

Selain korban meninggal, satu orang dilaporkan mengalami stres dan depresi akibat terjebak macet selama berhari-hari.

Pengemudi tersebut dilaporkan terus berteriak-teriak saat dijemput oleh tim medis dan dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Siaga, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dilansir dari Kompas.com (4/7/2016).

Kemacetan selama berhari-hari tersebut juga membuat banyaknya penjual bahan bakar dadakan yang mematok harga tinggi.

Pedagang menjual bensin yang dijual dengan harga Rp 50.000 per liter atau setara dengan enam kali lipat bahan bakar resmi pada 2016.

Pemudik yang mengantre dan menyerobot di SPBU juga membuat kemacetan semakin parah.

Akibatnya, banyak pemudik memilih untuk shalat di bahu jalan dan warga yang berada di sekitar Brexit ikut membuat toilet dadakan.

Adanya pasar tumpah dan lampu lalu lintas yang berada di dekat pintu keluar tol pun membuat macet di Brexit semakin "horor".

Penyebab insiden di Brexit

Kabag Ops Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri saat itu, Kombes Benyamin mengungkapkan insiden Brexit disebabkan oleh banyaknya pemudik susulan dari Jakarta yang berangkat sejak 3 Juli menambah penumpukan kendaraan.

Dilansir dari Kompas.com (4/7/2016), Benyamin juga mengungkapkan bahwa adanya penghapusan gerbang tol juga menambah kemacetan.

Tercatat pada saat itu hanya tiga gerbang tol tanpa transaksi yang digunakan, sementara empat gerbang lainnya dihapus.

Pemudik yang menggunakan transaksi akan mengambil tiket di Gerbang Cikarang Utama, kemudian membayar di Gerbang Palimanan, dan harus membayar lagi di Gerbang Brebes Timur, sehingga membuat kendaraan semakin menumpuk.

Selain itu, hanya ada tiga loket pembayaran yang tersedia di pintu keluar Brebes Timur. Padahal, di pintu keluar Tol lain setidaknya ada 10 loket yang beroperasi.

Benyamin menggambarkan saat itu jalur tol dari Jakarta menuju Brebes semakin menyempit karena jumlah gerbang yang semakin sedikit.

(Sumber: Kompas.com/Rasyid Ridho, Janlika Putri Indah Sari, Fachri Fachrudin | Editor: Gloria Setyvani Putri, Agung Kurniawan, Fachri Fachrudin)

https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/08/120000065/bukan-di-pelabuhan-merak-ini-kasus-kemacetan-saat-mudik-lebaran-terparah-di

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke