Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berbentuk Asli Bulat, Mengapa Bintang Digambarkan Bersudut Lima?

KOMPAS.com - Bintang adalah salah satu benda langit yang mampu memancarkan cahaya dan memproduksi energi sendiri, seperti Matahari.

Baik dalam buku gambar anak, hiasan pohon Natal, maupun tanda jasa anggota militer, bintang digambarkan sebagai bidang yang memiliki lima sisi runcing.

Hal tersebut pun tak jarang mengecoh masyarakat yang menganggap bentuk bintang asli mempunyai lima sisi.

Bahkan, sejumlah orang menganggap bahwa Matahari yang menjadi pusat Tata Surya bukan termasuk bintang karena bentuknya.

Padahal, Matahari dan bintang lainnya berbentuk bulat seperti bola dan tidak memiliki sudut maupun sisi.

Lantas, mengapa bintang digambarkan bersudut lima?

Alasan bintang digambarkan bersudut lima

Alasan bintang selalu digambarkan sebagai benda runcing dengan lima sisi tidak lepas dari mata manusia yang benar-benar melihatnya seperti benda bersudut.

Bukan hanya manusia, hampir semua makhluk hidup bermata juga menyaksikan bentuk bintang serupa.

Dilansir dari Science ABC, cahaya berperilaku seperti sebuah partikel yang dikenal sebagai foton, yang mampu bergerak dalam jalur lurus. Namun, di lain waktu, cahaya bergerak seperti gelombang.

Fenomena tersebut dinamakan dualisme, yakni saat cahaya dapat berbentuk gelombang dan partikel.

Artinya, cahaya dapat bersifat sebagai gelombang yang kontinu (berkelanjutan), tetapi juga dapat bersifat sebagai partikel yang diskret (terpisah).

Sifat dualisme cahaya tidak dapat muncul secara bersamaan. Ketika cahaya berperilaku sebagai gelombang, maka cahaya hanya bersifat sebagai gelombang.

Sebaliknya, ketika cahaya berperilaku sebagai partikel, cahaya hanya bersifat sebagai partikel.

Berkat karakteristiknya seperti gelombang, saat cahaya yang dipancarkan dari suatu benda amat jauh mencapai benda lain, gelombangnya akan dipantulkan atau dibengkokkan sedikit.

Pembengkokan gelombang akan menghasilkan berbagai pola pada apa pun benda atau lokasi tempatnya jatuh.

Sebagai contoh, cahaya yang melewati lempengan dengan celah kecil akan meninggalkan jejaknya dalam bentuk rangkaian garis tegak lurus.

Itulah mengapa sumber cahaya apa pun akan tampak berkilau dengan sudut lancip saat manusia menyipitkan mata.

Selain sifat cahaya sebagai gelombang, bentuk bintang yang runcing juga dipengaruhi oleh ketidaksempurnaan mata manusia yang disebut suture lines atau garis jahitan.

Dikutip dari ABC, serat-serat yang membentuk lensa mata manusia bertemu pada titik-titik tertentu, sehingga melahirkan ketidaksempurnaan struktural bernama suture lines.

Saat melewati lensa mata, cahaya akan berinteraksi dengan garis-garis tidak sempurna tersebut, sehingga meninggalkan kesan bahwa bintang bukan bulat melainkan bersudut.

Garis jahitan akan membengkokkan gelombang cahaya saat melewati lensa mata. Pembengkokan ini disebut sebagai difraksi.

Menariknya, pembentukan garis jahitan tersebut bervariasi antara satu makhluk dengan makhluk lainnya.

Oleh karena itu, kecil kemungkinan bagi dua orang untuk melihat sebuah bintang dengan cara yang sama persis. Bahkan, mata kanan dan kiri juga melihat pancaran cahaya yang berbeda.

Fenomena difraksi pun menyebarkan gelombang cahaya warna merah yang jauh lebih panjang daripada warna biru.

Hal tersebut menyebabkan pancaran cahaya bintang terlihat seperti warna pelangi, dan pada teropong ruang angkasa pun tampak berwarna-warni seperti pelangi.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/31/083000065/berbentuk-asli-bulat-mengapa-bintang-digambarkan-bersudut-lima-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke