Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Tornado Tak Mungkin Terjadi di Indonesia?

Meski disebut mirip tornado, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menolak klaim fenomena itu sebagai tornado.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan, fenomena angin kencang yang merusak ratusan rumah di Bandung dan sekitarnya merupakan puting beliung.

”Fenomena yang terjadi di Rancaekek (Bandung) kemarin adalah puting beliung, bukan tornado sebagaimana biasa terjadi di Amerika Serikat,” katanya saat dihubungi Kompas.com (23/2/2024).

Berdasarkan pantauan BMKG, puting beliung di Bandung dan Sumedang itu memiliki kecepatan 36.8 km per jam, jauh di bawah kecepatan tornado yang mencapai minimal 70 km per jam.

Lantas, bisakah tornado melanda Indonesia?

Tornado di Indonesia

Guswanto menjelaskan, putaran tornado biasanya terjadi di permukaan Bumi dengan titik astronomis lintang menengah atau lintang sedang.

Wilayah di permukaan Bumi yang masuk lintang menengah berada di antara titk 23°26'22" dan 66°33'39" utara, serta 23°26'22" dan 66°33'39" selatan.

"Lintang menengah itu subtropis, seperti Amerika Serikat atau Kanada," ujarnya.

Sementara Indonesia berada pada letak astronomis 6° LU-11° LS dan 95° BT-141° BT. Titik ini masuk kategori wilayah lintang rendah yakni berada di antara 23,5 LU-23,5 LS.

Guswanto mengungkapkan, tornado jarang terjadi di Tanah Air karena ada gaya coriolis lemah muncul pada garis ekuator yang melewati wilayah kepulauan Indonesia.

Gaya coriolis merupakan gaya pada rotasi Bumi yang selalu membelokkan embusan angin saat mendekati ekuator. Angin akan dibelokkan ke kanan di belahan Bumi utara dan angin dibelokkan ke kiri di belahan Bumi selatan.

"Kalau lintangnya nol (lintang rendah), maka hasilnya (angin) menjadi nol (tidak ada)," lanjut dia.

"Karena itu, kenapa tornado jarang terbentuk (di Indonesia), terbentuknya kecil-kecil di daerah kita," tegasnya.

Menurutnya, angin yang berembus ke garis ekuator akan dibelokkan ke kanan atau kiri oleh gaya coriolis. Pembelokan ini membuat kecepatan angin berkurang.

Akibatnya, angin tidak akan berembus kencang hingga menimbulkan perputaran udara sangat kencang yang masuk kategori tornado.

Tornado terbentuk di AS

Sebaliknya, Guswanto mengungkapkan, tornado terbentuk di Amerika Serikat dan sekitarnya karena ada gaya coriolis yang semakin besar di wilayah lintang menengah.

"Semakin gede (gaya coriolis) maka semakin hidup (anginnya)," tegas dia.

"Kalau lintang menengah semakin ada nilainya, gaya coriolis muncul. Kalau (garis) lintang semakin mendekati nol, gaya coriolis semakin rendah," terang Guswanto.

Terkait potensi kemunculan tornado di Indonesia, dia menjelaskan bahwa angin kencang yang terjadi perlu diukur sesuai dengan ciri fenomenanya.

Jika putaran angin kencang yang muncul di Indonesia memiliki kecepatan minimal 70 km per jam maka baru bisa disebut tornado.

Selain itu, tornado terjadi di wilayah yang lebih luas. Sementara puting beliung wilayahnya hanya berkisar 5-10 km. Efek dari tornado pun lebih parah dari pada puting beliung.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/02/24/073000465/benarkah-tornado-tak-mungkin-terjadi-di-indonesia-

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke