Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Beredar Pesan Berisi Warga Disebut Jadi Korban Penipuan yang Mengatasnamakan Kemenkes, Apa Isinya?

KOMPAS.com - Unggahan berisi pesan yang meminta masyarakat untuk berhati-hati apabila menerima telepon dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), beredar di media sosial.

Dalam pesan yang banyak beredar di grup WhatsApp itu, disebutkan bahwa seseorang dalam panggilan telepon menanyakan status vaksinasi Covid-19 dan meminta agar warga menekan angka satu.

Pesan tersebut salah satunya diunggah oleh akun TikTok @alamsy*** pada Sabtu (9/12/2023).

"Mohon perhatian: Barusan rekan saya mendapatkan telepon yang mengaku dari Kemenkes dan menanyakan apakah dia sudah divaksinasi, jika sudah tekan 1, jika belum tekan 2. Akibatnya, dia menekan 1, dan telepon diblokir dan diretas dan semua data-data perbankan/online banking dibobol isi rekening dikuras habis," tulis akun itu.

"#Agar semuanya hati-hati, cepat dan teruskan infomrasi ini ke lebih banyak orang supaya banyak yang tahu ada Trik baru untuk scammers/penjahat perbankan via online," sambungnya.

Lantas, benarkah Kemenkes mengonfirmasi status vaksiasi Covid-19 melalui sambungan telepon?

Tanggapan Kemenkes

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya sama sekali tidak pernah menelpon masyarakat untuk meminta konfirmasi vaksinasi.

"Tidak ada (menghubungi masyarakat menanyakan apakah sudah melakukan vaksinasi)," kata Nadia saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (10/12/2023).

Jika warga menerima telepon yang mengaku dari Kemenkes dan menanyakan konfirmasi vaksinasi, ia memastikan hal itu adalah hoaks.

Nadi menjelaskan, pihaknya juga sudah menyampaikan imbauan kepada masyarakat terkait modus penipuan tersebut di akun media sosial Kemenkes.

"Sudah diimbau di medsos kita juga," kata dia.

Berdasarkan imbauan di media sosial, Kemenkes mengingatkan agar masyarakat mewaspadai modus penipuan dengan meminta warga menekan tombol nomor tertentu.

"Jika ada telepon mengatasnamakan Kementerian Kesehatan RI menanyakan mengenai: 'apakah sudah divaksinasi, tekan 1 jika sudah tekan 2 jika belum dapat dipastikan bahwa hal ini adalah HOAX!'," tulis Kemenkes.

Kemenkes mengingatkan risiko jika tetap melayani panggilan telepon itu, yakni ponsel bisa diblokir dan diretas, serta potensi pembobolan semua data perbankan.

"Hati-hati penipuan! Informasi resmi Kementerian Kesehatan RI dapat diakses pada website dan akun media sosial resmi Kemenkes RI," tulisnya.

Hoaks untuk menakuti warga

Sementara itu, praktisi keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan, pembobolan rekening bank hanya dengan menekan angka tertentu, kemungkinannya kecil.

"Ini hanya hoaks untuk menakut-nakuti penerima hoaks supaya di-broadcast," kata Alfons saat dihubungi terpisah.

Menurutnya, hanya menekan angka satu saja tidak mungkin bisa mencuri data rekening seseorang.

"Kecuali sudah ada aplikasi 'jahat' yang terpasang sebelumnya atau dengan telepon 1 jadi menghubungi operator penipu," terangnya.

Oleh sebab itu, Alfons mengimbau agar masyarakat tidak memberikan data apa pun dengan alasan apa pun saat menerima telepon.

"Cek identitas nomor penelpon dengan aplikasi seperti Truecaller atau Get Contact," ujarnya.

Apabila menerima telepon mencurigakan, masyarakat sebaiknya tidak melayani telepon tersebut.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/10/153000465/beredar-pesan-berisi-warga-disebut-jadi-korban-penipuan-yang

Terkini Lainnya

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Tren
Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Tren
Mungkinkah 'Psywar' Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Mungkinkah "Psywar" Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Tren
Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Tren
Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Tren
Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Tren
Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Tren
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Tren
Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Tren
Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Tren
Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tren
Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Tren
Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi 'Fraud'

Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi "Fraud"

Tren
5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke