Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jokowi yang Dianggap Tak seperti Dulu Lagi...

Hal ini terjadi bersamaan dengan menguatnya isu politik dinasti, usai Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan kepala daerah bisa mendaftar calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilu 2024, meski belum berusia 40 tahun.

Putusan MK ini dianggap memberi "karpet merah" terhadap putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi cawapres.

Tak lama setelah putusan itu, Gibran pun benar-benar dideklarasikan oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai pendamping Prabowo Subianto.

Kekecewaan itu salah satunya diungkapkan oleh budayawan sekaligus pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad yang dulu kerap menyuarakan dukungannya pada Jokowi.

“Ya sangat berat. Berat sekali. Bukan karena saya memuja Jokowi. Karena mengharapkan sebenarnya, Indonesia punya pemimpin yang bisa diandalkan kata-katanya," kata Goenawan dalam acara Rosi bertajuk bertajuk “Rakyat Percaya Siapa: Jokowi, Ketua MK atau Gibran” KompasTV, Jumat (3/11/2023).

Tak seperti dulu lagi

Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat mengakui, sikap Jokowi belakangan ini memang membuat para pendukungnya kecewa.

Pasalnya, Jokowi dulu dianggap sebagai sosok yang mampu membawa Indonesia menjadi lebih demokratis.

Namun, realitas saat ini justru tak seperti yang dicita-citakan oleh para pendukungnya.

“Banyak para pendukung Jokowi yang dulu mendukung mulai 2014 dan 2019, mereka ini percaya dan yakin Jokowi merupakan sosok yang mampu membawa indonesia sesuai dengan yang mereka cita-citakan, Indonesia makin demokratis, Indonesia makin baik,” kata Cecep kapada Kompas.com, Sabtu (4/11/2023).

“Tapi kemudian beberapa bulan yang lalu, utamanya sejak Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah regulasi bursa capres-cawapres, Jokowi yang mereka kenal sudah berubah” imbuhnya.

Menurutnya, dugaan pelanggaran pada putusan MK soal batas usia capres-capawapres terlihat sangat vulgar. 

Sayangnya, Jokowi hanya diam dan tidak merespons pelemik tersebut secara tegas.

Cecep menjelaskan, isu Jokowi menginginkan jabatan presiden menjadi tiga periode juga semakin memukul perasaan para pendukungnya.

“Apa yang dilakukan Jokowi, kemudian ada kesan tidak dapat dipercaya lagi, terutama dalam penegakan politik dan hukum,” jelas dia.

Dengan kondisi ini, Jokowi seakan-akan ingin melaksanakan ambisi kekuasaannya, meski dalam jangka waktu pendek.

Padahal, dalam perhitungan ilmu politik, Cecep menyebut Indonesia seharusnya bisa menuju ke tahapan konsolidasi atau pematangan demokrasi dengan melewati 7-9 kali pemilu demokratis.

“Kita sudah enam kali pada 2024 besok. Tinggal sedikit lagi. Tapi menjelang pemilu keenam ini, terlihat Jokowi membawa Indonesia mengalami kemunduran atau surutnya demokrasi,” ungkapnya.

Menunggu pembuktian Jokowi

Untuk itu, Cecep menilai bahwa Jokowi sebaiknya harus membuktikkan bahwa dia tetap menjadi sosok yang dikenal pendukungnya, seperti 2014 dan 2019 lalu.

Sosok yang dimaksudkan adalah menjadi pemimpin yang tidak haus akan kekuasaan.

“Menjadi sosok yang memang tidak tertarik atau haus kekuasaan. Jokowi harus juga menjadi aktor yang mengedepankan politik dan hukum terhadap proses yang terjadi,” tuturnya.

“Ketika selesai dua periode, harus diikuti oleh dirinya. Tidak memaksakan anaknya untuk maju, dengan mengubah regulasi yang sudah ada,” jelasnya.

Surat untuk Jokowi

Sebelumnya, seniman Butet Kartaredjasa mengirimkan surat pribadi kepada Jokowi berisi ungkapan kesedihannya atas situasi politik saat ini.

Surat itu disampaikan tak lama setelah putusan MK terkait batas usai capres-cawapres dan sebelum Gibran jadi bakal cawapres Prabowo.

"Rakyat Indonesia bukan orang bodoh yang tak bisa membaca peristiwa. Rakyat punya kecerdasan 'membaca' yang tersembunyi di balik semua itu," kata Butet dalam suratnya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (21/10/2023).

Dia mengaku tak ingin melihat warisan yang ditinggalkan Jokowi rontok akibat fenomena politik belakangan.

Padahal, Butet menyebut Jokowi sebagai sosok yang hampir memenuhi kriteria pemimpin ideal.

"Saya sungguh tidak ingin legacy njenengan sebagai 'role model' pemimpin yang baik akan rontok. Sejak 1998, kami berjuang untuk lahirnya seorang presiden yang pantas dihadikan contoh, barometer, tauladan, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya," ungkapnya.

"Sekarang kami sudah memiliki, yaitu njenengan (Pak Jokowi). Tinggal setahun lagi njenengan bekerja seperti kemarin-kemarin, kebanggaan itu akan abadi," lanjutnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/05/103000365/jokowi-yang-dianggap-tak-seperti-dulu-lagi-

Terkini Lainnya

Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Penjelasan Lengkap Kuasa Hukum AW soal Kasus Suami BCL Diduga Gelapkan Uang Rp 6,9 M

Penjelasan Lengkap Kuasa Hukum AW soal Kasus Suami BCL Diduga Gelapkan Uang Rp 6,9 M

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke