Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Halloween Identik dengan Permen dan Trick or Treat?

Perayaan Halloween identik dengan labu, sosok Jack O Lantern, permen, trick or treat, serta pesta kostum.

Orang yang merayakan Halloween, terutama di Amerika Serikat, akan berkeliling ke rumah-rumah warga sambil berteriak trick or treat untuk mendapatkan permen dari pemilik rumah.

Lantas, mengapa Halloween identik dengan permen dan teriakan trick or treat?

Hubungan permen dan Halloween

Sejarahwan dan penulis buku sejarah Halloween Lisa Morton menjelaskan alasan permen menjadi hal yang tak terpisahkan dari perayaan tersebut.

Menurutnya, Halloween muncul di Amerika pada pertengahan 1800-an. Orang Irlandia dan Skotlandia yang bermigrasi membawa tradisi perayaan tersebut.

Halloween lantas menjadi hari libur untuk memperingati hari ketika hantu atau arwah orang yang sudah meninggal akan turun ke Bumi.

"Saat itu, kegembiraan datang dari anak-anak yang melakukan lelucon yang tidak berbahaya pada hari libur," ujarnya, diberitakan Inverse.

Sayangnya, pada 1930-an, lelucon yang awalnya tidak membahayakan justru berkembang menjadi aksi pembakaran, menjungkirbalikkan mobil, dan menghancurkan properti orang lain.

Tindakan ini menimbulkan kerugian mencapai jutaan dollar AS bagi kota-kota yang merayakan Halloween.

"Pada 1933, di puncak Depresi Hebat (Great Depression), datanglah Halloween yang sangat merusak kemudian dikenal sebagai Black Halloween," kata Lisa.

Depresi Besar merupakan peristiwa krisis ekonomi yang melanda dunia ketika saham-saham anjlok pada 1929 hingga 1939.

Pada saat itu, beberapa kota mempertimbangkan untuk melarang hari libur sama sekali. Ini termasuk Halloween.

“Tetapi, kota-kota lain mempunyai rencana yang berbeda, yang pada dasarnya menarik anak-anak,” ungkap Lisa.

Pemilik rumah akan mengadakan pesta untuk anak-anak, menawarkan permainan, kostum, dan jajanan seperti popcorn, manisan apel, dan donat kepada anak-anak selama Halloween.

Setelah Perang Dunia II selesai, industri permen mulai ikut merayakan Halloween setelah pembatasan gula berakhir. Di masa perang, gula dijatah terbatas untuk mengutamakan kebutuhan para tentara.

Dikutip dari The Fact Site, permen sudah ada di Amerika sejak abad ke-18. Namun baru sekitar 1950, perusahaan permen memiliki ide untuk menyediakan permen Halloween.

Tawaran ini membuat para ibu rumah tangga bahagia karena tidak perlu menghabiskan hari untuk membuat jajanan Halloween sendiri.

Pada 1970-an, hampir semua rumah menyuguhkan permen untuk anak-anak yang merayakan Halloween.

Menurut Lisa, warga akan menawarkan permen di setiap rumah-rumah untuk mencegah ada anak yang berbuat kekacauan di hari libur Halloween.

Tawaran itu membuat anak-anak berkeliling ke rumah-rumah untuk mendapatkan permen maupun jajanan lain yang disediakan.

“(Trick or treat) ini adalah ungkapan yang agak baru dan merupakan ritual baru,” katanya.

Lisa menyebutkan, istilah trick or treat muncul sejak 1927 . Penggunaannya semakin populer saat dimuat majalah American Home pada 1939 yang merinci hal-hal identik Halloween termasuk pesta kostum dan permen.

Dilansir dari National Geographic, Lisa menduga istilah ini terinspirasi dari kebiasaan Natal bernama belsnickling yang populer pada abad ke-18 dan 19 di Amerika Serikat dan Kanada.

Saat itu, anak-anak memakai kostum dan pergi ke rumah-rumah untuk melakukan trik-trik kecil dengan imbalan makanan dan minuman.

Sebaliknya, pemilik rumah akan sengaja menakuti atau menebak identitas anak-anak yang datang sebelum memberikan imbalan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/30/150500065/mengapa-halloween-identik-dengan-permen-dan-trick-or-treat-

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Inilah Wilayah yang Masih Dilanda Hujan Lebat 18-19 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Inilah Wilayah yang Masih Dilanda Hujan Lebat 18-19 Juni 2024

Tren
Rekor Sapi Termahal di Dunia Harganya Mencapai Rp 65 Miliar

Rekor Sapi Termahal di Dunia Harganya Mencapai Rp 65 Miliar

Tren
[POPULER TREN] Cara Melihat Rating Penumpang Gojek dan Grab | Cara Simpan Daging di Kulkas agar Tahan Lama

[POPULER TREN] Cara Melihat Rating Penumpang Gojek dan Grab | Cara Simpan Daging di Kulkas agar Tahan Lama

Tren
Kilas Balik TWK KPK yang Disebut Gagalkan Penangkapan Harun Masiku pada 2021

Kilas Balik TWK KPK yang Disebut Gagalkan Penangkapan Harun Masiku pada 2021

Tren
Kesaksian Warga Palestina Rayakan Idul Adha di Tengah Perang, Jadi Hari Paling Menyedihkan

Kesaksian Warga Palestina Rayakan Idul Adha di Tengah Perang, Jadi Hari Paling Menyedihkan

Tren
Bisakah Daging Kurban Dimasak Medium Rare seperti Steak? Ini Kata Chef

Bisakah Daging Kurban Dimasak Medium Rare seperti Steak? Ini Kata Chef

Tren
Cara Melihat Rating Penumpang Gojek dan Grab, Ketahui Risiko Nilai Buruk

Cara Melihat Rating Penumpang Gojek dan Grab, Ketahui Risiko Nilai Buruk

Tren
Sama-sama Bermanfaat bagi Tanaman, Apa Beda Pupuk Kompos dan Urea?

Sama-sama Bermanfaat bagi Tanaman, Apa Beda Pupuk Kompos dan Urea?

Tren
Kominfo Ancam Tutup Twitter, Amankah Membuka Aplikasi yang diblokir?

Kominfo Ancam Tutup Twitter, Amankah Membuka Aplikasi yang diblokir?

Tren
5 Minuman Penurun Tekanan Darah Tinggi, Ini Daftarnya

5 Minuman Penurun Tekanan Darah Tinggi, Ini Daftarnya

Tren
Tanda-tanda Daging Kurban Tak Layak Konsumsi, Apa Saja?

Tanda-tanda Daging Kurban Tak Layak Konsumsi, Apa Saja?

Tren
Berapa Batas Maksimal Konsumsi Daging Kurban per Hari agar Tetap Sehat?

Berapa Batas Maksimal Konsumsi Daging Kurban per Hari agar Tetap Sehat?

Tren
Bagaimana Cara Menurunkan Kolesterol dengan Cepat Saat Idul Adha? Berikut 5 Daftarnya

Bagaimana Cara Menurunkan Kolesterol dengan Cepat Saat Idul Adha? Berikut 5 Daftarnya

Tren
Setelah Makan Daging Kambing, Makan 7 Buah Ini untuk Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Setelah Makan Daging Kambing, Makan 7 Buah Ini untuk Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Tren
Tak Hanya Indonesia, 7 Negara di Asia Berikut Juga Rayakan Idul Adha Hari Ini

Tak Hanya Indonesia, 7 Negara di Asia Berikut Juga Rayakan Idul Adha Hari Ini

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke