Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Anak Kedua Disebut Sering Bermasalah Ternyata "Middle Child Syndrome", Apa Itu?

Unggahan tersebut dibagikan oleh akun @tanyarlfes pada Rabu (6/9/2023).

Pengunggah mengatakan, ibu-ibu yang memiliki anak kedua kerap mengeluhkan stres dan pusing karena perilaku anaknya.

"EMANG SEPROBLEMATIK ITU KAH ANAK KEDUA?" tanyanya.

Komentar warganet

Sejumlah warganet lantas mengomentari unggahan tersebut.

"Tergantung sih, kalo anak keduanya anak tengah biasanya ngga dianggep kok," kata akun @hopemyworld.

"Katanya anak kedua itu serba salah. Bener ga si?" balas pengguna akun @muhfaay.

Sementara akun @alchemyworks01 mengatakan anak kedua keras kepala, tidak mau kalah, ingin perkataannya dianggap benar, tapi mandiri.

Hingga Rabu (131/9/2023), unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 3 juta kali, dan mendapatkan like 28.600 warganet.

Lantas, mengapa muncul anggapan anak kedua disebut sebagai anak bermasalah?

Bermasalah karena middle child syndrome

Dokter spesialis anak di RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Aisya Fikritama membenarkan adanya anggapan anak kedua atau anak tengah disebut sebagai anak bermasalah.

Hal tersebut berkaitan dengan kondisi yang bernama "middle child syndrome".

"Middle child syndrome adalah sindrom anak tengah di mana anak tengah itu dikucilkan atau diabaikan karena urutan lahirnya," jelasnya kepada Kompas.com, Kamis (7/9/2023).

Aisya menjelaskan, ada teori prikologis yang menyebutkan urutan kelahiran anak dapat memengaruhi karakteristik dan kepribadian anak.

Anak kedua seakan berkuasa

Anak kedua akan bersikap lebih seakan berkuasa karena umurnya paling tua. Anak tengah bersikap lebih tenang. Sementara anak bungsu bersikap manja karena paling muda.

Menurut Aisya, middle child syndrome dapat muncul karena anak tengah merasa tidak dipuji seperti kakaknya dan tidak dimanja seperti adiknya.

Akibatnya, anak tengah merasa kurang mendapatkan perhatian dari orangtua, tidak didengarkan, tidak dimengerti, bahkan iri kepada saudara-saudaranya.

"Kepribadian anak tengah akan dibayang-bayangi kepribadian anak yang lain," lanjutnya.

Kondisi ini lantas menyebabkan anak tengah menjadi cenderung pendiam, pemarah, sulit berhubungan dengan orang lain, dan merasa harus bersaing dengan anak lain.

Selain itu, anak tengah yang mengalami sindrom ini akan suka mencari perhatian atau keributan, sensitif atau mudah tersinggung, rendah diri, berperilaku negatif, menyalahkan diri sendiri, dan mudah frustasi.

Aisya menyebutkan, middle child syndrome bisa berdampak permanen. Sifat yang terbentuk akibat pola asuh semasa kecil akan menjadi kepribadian saat anak tengah menjadi dewasa.

Lebih lanjut, Aisya menyatakan middle child syndrome terjadi tetap tergantung pola asuh dari orangtuanya. 

Orangtua yang memperhatikan anak-anaknya dengan baik maka tidak akan mengabaikan anak tengah. Hal ini membuat anak tengah tidak terkena middle child syndrome.

"Jika tidak ingin anak tengah mengalami hal di atas (middle child syndrome), ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya," lanjut dia.

Aisya menyebutkan, berikut hal-hal yang harus dilakukan orangtua agar anak tengahnya tidak terkena middle child syndrome:

1. Habiskan waktu bersama

Aisya menyarankan orangtua perlu meluangkan waktu untuk menghabiskan waktu hanya dengan anak tengah, tanpa saudara yang lain.

"Misalnya sepulang kerja menyempatkan mengajak ngobrol, teman main, atau quality time dengan orangtua," ujar dia.

Dia mengatakan, perhatian ini membuat anak tengah merasa diinginkan dan dihargai keberadaannya.

2. Tidak membedakan anak

Aisya menegaskan orangtua punya kewajiban untuk memberikan perhatian dan penghargaan yang sama kepada anak-anaknya. Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan karena itu tidak boleh dibeda-bedakan.

Aisya mencontohkan, anak bungsu tidak boleh selalu dibela ketika melakukan kesalahan. Sementara itu, anak tengah jangan diminta mengalah ke saudaranya agar tidak merasa kurang dihargai. 

3. Ajak anak berdiskusi

Aisya mendorong orangtua untuk mendiskusikan hal-hal yang disukai dan tidak disukai anak tengah dengannya. Cara ini bertujuan untuk meminimalisir perilaku yang tidak sesuai.

"Jangan selalu mengorbankan kepentingan anak tengah demi kakak atau adiknya. Pastikan orangtua membagi rata kasih sayang dan keperluan masing-masing anak." imbuhnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/13/090000065/ramai-soal-anak-kedua-disebut-sering-bermasalah-ternyata-middle-child

Terkini Lainnya

Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Tren
Mungkinkah 'Psywar' Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Mungkinkah "Psywar" Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Tren
Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Tren
Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Tren
Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Tren
Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Tren
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Tren
Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Tren
Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Tren
Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tren
Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Tren
Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi 'Fraud'

Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi "Fraud"

Tren
5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

Tren
Bingungnya Keluarga Vina, Dulu Minim Saksi, Kini Banyak Bermunculan

Bingungnya Keluarga Vina, Dulu Minim Saksi, Kini Banyak Bermunculan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke