KOMPAS.com - Kebakaran hutan melanda Pulau Maui, Hawaii, Amerika Serikat (AS) pada 8 Agustus 2023.
Dikutip dari CNN, sampai dengan Kamis (17/8/2023), jumlah korban tewas akibat kejadian ini mencapai 110 orang.
Selain itu, kebakaran tersebut juga menghanguskan sejumlah kota di Maui, termasuk kota bersejarah Lahaina.
Bangunan bersejarah, rumah, dan tempat bisnis di kota itu luluh lantak dimakan api.
Peristiwa tersebut menjadi kebakaran paling mematikan di AS dalam seabad terakhir dan menjadi yang terburuk sepanjang sejarah Hawaii.
Lantas, mengapa kebakaran di Pulau Maui begitu mematikan?
Penyebab kebakaran Pulau Maui Hawaii mematikan
Dilansir dari Time, setiap tahun, sekitar 0,5 persen dari total luas daratan di Hawaii mengalami kebakaran hutan menurut Organiasi Manajemen Kebakaran Hutan Hawaii.
Sebanyak 75 persen dari kasus seringkali disebabkan oleh manusia. Biasanya kasus kebakaran itu bisa dicegah dan ditanggulangi, namun tidak pada kebakaran hutan Maui.
Belum diketahui apa penyebab pasti kebakaran ini karena tengah diselidiki.
Namun, muncul beragam spekulasi mengenai peristiwa tersebut.
Salah satunya, ada kecurigaan yang mengarah pada perusahaan listrik terbesar negara bagian, Hawaiian Electric yang diduga memiliki peran dalam kebakaran hutan.
Para penduduk Lahaina menuduh peralatan Hawaiian Electric tak cukup kuat untuk menahan badai dan perusahaan tak mematikan listriknya sebelum badai melanda negara itu.
Sebagai informasi, Pulau Maui tengah berada dalam level siaga tinggi terhadap Badai Dora saat kebakaran terjadi.
Meski demikian, masih belum jelas apakah memang Badai Dora juga berperan dalam menyebarkan api hingga menjadi sedemikian hebat.
Pakar Badai, Phillippe Papin menilai badai mungkin hanya memiliki peran kecil dalam kebakaran itu karena medan angin yang dimiliki kecil.
Adapun Masters, ahli cuaca lain menilai badai tropis menciptakan sistem tekanan tinggi yang sangat kuat sehingga berkontribusi pada hembusan angin yang kencang.
Masters menyebutkan bahwa suhu yang muncul saat kebakaran berkisar 90 derajat Fahrenheit yang mengakibatkan lingkungan sekitar vigetasi mengering sehingga mudah terbakar.
Apalagi, di wilayah tersebut banyak rumput invasif seperti guinea yang sangat mudah terbakar.
Ditambah lagi, saat kejadian wilayah di sekitar memang tengah mengalami cuaca kering, menurut CBC.
Kepulauan Hawaii beberapa waktu terakhir telah diperingatkan oleh Layanan Cuaca Nasional AS akan adanya peringatan cuaca kering dan angin kencang.
Kesiapsiagaan masyarakat rendah
Selain berbagai permasalahan tersebut, masyarakat di sekitar Pulau Maui juga dinilai memiliki kesiapsiagaan rendah terhadap insiden kebakaran.
Apalagi, saat kejadian, sirene darurat yang memperingatkan warga mengenai adanya bencana juga tak berbunyi.
"Saya rasa kami belum siap untuk itu. Saya pikir kami tidak pernah mengira ini akan terjadi di Hawaii. Kami pernah mengalami kebakaran, tetapi tidak sebesar ini," kata seorang tukang kebun, Yarawamai.
Tak hanya masyarakat, para pejabat di Hawaii juga dinilai memiliki kesiapan rendah terhadap bencana kebakaran hingga membuat bencana ini mematikan.
Rencana Manajemen Darurat Februari 2022 di negara bagian Hawaii telah menempatkan kebakaran hutan sebagai risiko rendah dan kurang berpengaruh pada manusia, properti, dan lingkungan.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/17/120000165/tewaskan-110-orang-mengapa-kebakaran-hutan-di-maui-hawaii-begitu-mematikan