Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Anak Zaman Sekarang Curhat "Broken Home" Saat Diminta Cuci Piring, Ini Kata Psikolog

Unggahan itu diposting oleh akun Twitter ini pada Jumat (16/6/2023).

Dalam unggahan itu terdapat foto yang menunjukkan adik pengunggah menulis “Broken Home” di secarik kertas beserta sejumlah kalimat curhatan lainnya.

Disebutkan pengunggah bahwa sang adik menuliskan kalimat tersebut hanya karena disuruh mencuci piring.

“Knp ya anak jaman skrg tuh mentalnya parah bgt? Adek gw perkara disuru nyuci piring aj begini wkwk. Gw rasa dia kebanyakan main tiktok deh hadeeeh gaabis piker untung ketauan nih makanya gw lg nasehain baik2,” tulis pengunggah.

Penjelasan psikolog

Dosen psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan, anak zaman sekarang mempunyai persepsi seperti dalam unggahan karena paparan media sosial yang berlebihan dan tidak terkontrol.

“Anak sangat mudah terpapar karena kemampuan anak-anak saat ini akrab dengan tekonologi dan media sosial, terlebih pemikirannya belum matang” kata Ratna kepada Kompas.com, Sabtu (17/6/2023).

Dalam psikologi, rentang umur anak adalah sampai 12 tahun yang disesuaikan dengan kerangka berpikirnya yang belum matang.

Menurut Ratna, paparan media sosial menjadikan anak melihat kapasitas dirinya bukan sebagai anak ketika dimintai untuk mengerjakan tugas rumah.

“Melainkan sebagai orang lain karena mereka tidak biasa untuk menjadi mandiri,” katanya.

Ratna menjelaskan, jika tidak bersingungan dengan media sosial, justru mereka merasa kekurangan dari sesuatu yang tidak bisa dipenuhi.

“Ketika bermain media sosial, mereka akan melihat berbagai konteks yang menyebut bahwa anak yang tidak disayang itu seperti apa,” jelasnya.

Menurutnya, saat ini sumber info yang ada di media sosial tidak kredibel atau terukur sesuai penelitian.

“Karena pada dasarnya media sosial itu bertujuan untuk hiburan, maka anak pun akan mempersepsikan sendiri info tersebut tanpa adanya bimbingan orangtua,” ujarnya.

Perubahan pemikiran anak saat ini juga dipengaruhi adanya pandemi Covid-19 yang sempat menuntut semua orang untuk tetap di rumah.

“Apalagi ditambah adanya Covid-19 yang menuntut pembelajaran melalui teknologi. Oleh karena itu, anak akan semakin sering terpapar media sosial di saat atau di luar jam belajar," tandasnya.

Persepsi berbeda orangtua zaman sekarang dan dahulu

Ratna menuturkan, adanya pergeseran persepsi terhadap pola asuh yang saat ini lebih fokus kepada kemampuan untuk menguasai teknologi memengaruhi anak tidak terbiasa mengerjakan tugas rumah.

“Kemandirian itu tidak dilatih dari adanya banyak pekerjaan rumahan, tapi sekarang lebih ke mampu menguasai teknologi untuk pembelajaran dan sebagainya,” tuturnya.

Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh kesenjangan persepsi orangtua saat ini yang membebankan tugas rumah kepada asisten rumah tangga.

Sehingga, itu menyebabkan anak-anak terbiasa tidak melakukan tugas rumah dan lebih banyak sering berselancar di media sosial.

“Adanya gap antara generasi. Diketahui zaman dahulu adalah hal tabu jika (tugas rumah) diserahkan orang lain, sehingga anak-anak akan dilatih untuk melakukan kegiatan itu secara mandiri,” kata Ratna.

Cara mencegah paparan berlebih media sosial terhadap anak

Ratna memaparkan sejumlah cara agar anak tidak terpapar berlebihan oleh media sosial, antara lain:

https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/17/173000365/ramai-soal-anak-zaman-sekarang-curhat-broken-home-saat-diminta-cuci-piring

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke