Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Semburan Lumpur Muncul dari Pengeboran Sumur di Kalbar, Pakar Imbau Pemeriksaan Potensi Gas

“Setelah dilakukan pengeboran sumur, tepatnya di kedalaman 40 meter, terjadi ledakan disertai percikan api, kemudian terjadi semburan lumpur dan pasir,” ujar pengasuh Ponpes Nurul Amaliyah Mualim Waheed, dikutip dari Kompas.com (9/5/2023).

Akibat kejadian ini, sebuah lubang besar dengan kedalaman 2 meter dan diameter sekitar 5 meter muncul di lokasi semburan. 

Ketua Satgas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar Daniel mengungkapkan, Tim Reaksi Cepat BPBD Kalbar sudah ke lokasi untuk melakukan asesmen sekaligus mencari tahu potensi gas alam di daerah itu.

Penjelasan pakar

Guru Besar Ilmu Geologi Universitas Padjadjaran, Edy Sunardi menjelaskan bahwa semburan lumpur tersebut terjadi akibat adanya biogenik gas yang terperangkap sebagai kantong gas.

"Mekanismenya, ada gas-gas yang dihasilkan dari bekas rawa (gas rawa) yang terperangkap dalam lumpur. Jadi pada saat ada pemboran, kemungkinan besar gas tersebut tertembus dan keluar bersama lumpur," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (9/5/2023).

Ia menjelaskan, gas rawa atau biogenic shallow gas terbentuk dari bakteri metanogenik pada lingkungan rawa yang anaerobik atau tidak berudara. Gas ini terdapat pada lapisan batuan yang dangkal.

Ketika kantong gas rawa di kedalaman 40 meter itu ditembus sumur bor, gas bertekanan akan naik ke permukaan karena mengalami kebocoran.

"Meledak dan terbakar adalah proses biasa ketika gas release, seperti ban mobil meledak saja saat tiba-tiba bocor," lanjutnya.

Menurut Edy, gas rawa merupakan gas metan yang sifatnya mudah terbakar. Gesekan gas saat keluar dengan material di sekitarnya kemudian membuat gas tersebut terbakar.

Oleh tekanan gas, kandungan air, tanah, lumpur, atau batu ikut disemburkan keluar. Jika di atasnya ada bangunan, maka akan rusak oleh semburan tersebut.

Saat semburannya sudah mati, maka lubang besar akan terbentuk di sana. Keadaan ini biasa terjadi sebagai efek dari cratering atau pembentukan kawah yang muncul akibat gas keluar ke permukaan tanpa fasilitas pengaman di atasnya.

"Melihat lokasinya di Mempawah Kalimantan Barat, ini sudah lama jadi area pemanfaatan gas biogenik yang dilakukan oleh Seksi Geologi Marin Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelautan Geologi (PPPGL). Memang wilayah gas biogenik," jelasnya lagi.

Cegah semburan lumpur saat pengeboran

Edy mengungkapkan, semburan lumpur yang kerap terjadi saat pembuatan sumur bor sebenarnya bisa dicegah.

"Dengan catatan, kita punya peta penyebaran gas rawa yang dimaksud," lanjutnya.

Oleh karena itu, ia menyebut perlu adanya pemeriksan akuisisi seismik untuk mengambil data sumber daya alam dan mineral serta jenis batuan di suatu daerah.

Tindakan ini dilakukan guna memperoleh peta di bawah permukaan daerah yang terindikasi memiliki kandungan gas.

"Jadi, bor yang akan kita lakukan harus mengikuti peta sebaran gas rawa tersebut," tambah Edy.

Selain itu, pemeriksaan dengan teknologi seismic 2D high resolution juga dapat digunakan untuk memetakan kantong-kantong gas yang bermanfaat maupun penyebab geohazard atau bahaya geologis.

"Potensi gas rawa ini kalau dimanfaatkan dengan baik bisa dipergunakan untuk jaringan gas perumahan," ungkapnya.

Untuk itu, ia mengimbau agar setiap warga yang ingin melakukan pengeboran sebaiknya berkoordinasi dengan pihak terkait.

Sementara setiap daerah idealnya melakukan pemeriksaan dan memiliki peta persebaran gas rawa.

"Setiap Dinas Pertambangan Daerah (sekarang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral) bisa berkoordinasi dengan Badan Geologi (Kementerian ESDM) ataupun dengan perguruan tinggi," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/10/090000765/semburan-lumpur-muncul-dari-pengeboran-sumur-di-kalbar-pakar-imbau

Terkini Lainnya

WHO Konfirmasi Kematian Pertama akibat Flu Burung H5N2, Korban Idap Komorbid

WHO Konfirmasi Kematian Pertama akibat Flu Burung H5N2, Korban Idap Komorbid

Tren
DPR: Cuti Melahirkan Umumnya 3 Bulan, Ini Syarat Jadi 6 Bulan sesuai UU KIA

DPR: Cuti Melahirkan Umumnya 3 Bulan, Ini Syarat Jadi 6 Bulan sesuai UU KIA

Tren
4 Fakta Pemadaman Listrik Berhari-hari di Sejumlah Wilayah Sumatera

4 Fakta Pemadaman Listrik Berhari-hari di Sejumlah Wilayah Sumatera

Tren
Haechan-Johnny NCT dan Heechul Suju Dituduh Terlibat Prostitusi, Ini Bantahan Agensi

Haechan-Johnny NCT dan Heechul Suju Dituduh Terlibat Prostitusi, Ini Bantahan Agensi

Tren
Profil Shaun Evans, Wasit Pertandingan Indonesia Vs Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Profil Shaun Evans, Wasit Pertandingan Indonesia Vs Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Mengenal Penyakit Gondongan, Berikut Penyebab dan Gejala yang Perlu Anda Waspadai

Mengenal Penyakit Gondongan, Berikut Penyebab dan Gejala yang Perlu Anda Waspadai

Tren
Kerap Menimbulkan Rasa Sakit, Apakah Gigi Bungsu Harus Dicabut?

Kerap Menimbulkan Rasa Sakit, Apakah Gigi Bungsu Harus Dicabut?

Tren
Gula Darah Tinggi meski Tidak Menderita Diabetes, Apakah Perlu Khawatir?

Gula Darah Tinggi meski Tidak Menderita Diabetes, Apakah Perlu Khawatir?

Tren
Teknologi Geospasial untuk Kota Cerdas IKN

Teknologi Geospasial untuk Kota Cerdas IKN

Tren
Kapan Idul Adha 2024? Ini Menurut Pemerintah, Muhammadiyah, dan NU

Kapan Idul Adha 2024? Ini Menurut Pemerintah, Muhammadiyah, dan NU

Tren
PLN Ungkap Penyebab Listrik Sumatera Berhari-hari Padam, Warga Rugi Jutaan Rupiah

PLN Ungkap Penyebab Listrik Sumatera Berhari-hari Padam, Warga Rugi Jutaan Rupiah

Tren
Alasan Muhammadiyah Alihkan Dana Simpanannya dari BSI ke Bank Lain

Alasan Muhammadiyah Alihkan Dana Simpanannya dari BSI ke Bank Lain

Tren
Pakar Teknologi Klaim Temukan MH370 di Hutan Kamboja via Google Maps, Ini Faktanya

Pakar Teknologi Klaim Temukan MH370 di Hutan Kamboja via Google Maps, Ini Faktanya

Tren
Kronologi Kompleks Kejagung Diduga Diintai Drone, Selang 2 Minggu Jampidsus Dibuntuti Densus 88

Kronologi Kompleks Kejagung Diduga Diintai Drone, Selang 2 Minggu Jampidsus Dibuntuti Densus 88

Tren
Cerita Para Pemilik Tapera, Pencairan Sulit, Selalu Diminta Menunggu, Perhitungannya Pun Tak Jelas

Cerita Para Pemilik Tapera, Pencairan Sulit, Selalu Diminta Menunggu, Perhitungannya Pun Tak Jelas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke