Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Risiko Komplikasi Tipes yang Perlu Diwaspadai, Apa Saja?

KOMPAS.com - Tipes adalah masalah kesehatan akibat infeksi bakteri yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ.

Penyakit tipes atau yang juga dikenal sebagai demam tifoid (typhoid fever) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Salmonella typhi.

Dilansir dari Badan Pelayanan Kesehatan Nasional Britania Raya (NHS), bakteri Salmonella typhi biasanya akan berada di kotoran orang yang menderita penyakit tipes.

Kadang, bakteri ini juga dikeluarkan melalui kencing penderitanya. Ketika mereka tidak mencuci tangan dengan bersih setelah ke toilet, akan dapat mengkontaminasi makanan yang disentuh.

Ketika Anda mengonsumsi makanan atau air minum yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi, bakteri tersebut akan masuk ke sistem pencernaan.

Di sana mereka akan berkembang biak dengan cepat sehingga menyebabkan penderitanya mengalami suhu tinggi, sakit perut, dan sembelit atau diare.

Jika tidak segera diobati, bakteri dapat masuk ke aliran darah dan menyebar ke area lain di tubuh Anda.

Selain menyebabkan sejumlah gejala, tipes juga berisiko menyebabkan komplikasi bagi penderitanya.

Dilansir Healthline, berikut ini beberapa risiko komplikasi yang dapat disebabkan oleh penyakit tipes:

1. Hepatitis

Hepatitis mengacu pada kondisi peradangan hati yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus, tetapi ada kemungkinan karena penyebab hepatitis lainnya.

Ini termasuk hepatitis autoimun dan hepatitis yang terjadi sebagai efek sekunder dari pengobatan, obat-obatan, racun, dan alkohol.

Hepatitis autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika tubuh Anda membuat antibodi yang melawan jaringan hati.

Lima klasifikasi virus utama hepatitis adalah hepatitis A, B, C, D, dan E. Virus yang berbeda bertanggung jawab untuk setiap jenis virus hepatitis.

2. Pendarahan gastrointestinal

Pendarahan gastrointestinal (GI) adalah gejala serius yang terjadi di dalam saluran pencernaan Anda. Seperti kerongkongan, perut, usus hingga anus.

Pendarahan gastrointestinal dapat terjadi di salah satu organ tersebut. Jika pendarahan terjadi di kerongkongan, lambung, atau bagian awal usus kecil, disebut pendarahan GI bagian atas.

Seadngkan pendarahan pada usus kecil bagian bawah, usus besar, rektum, atau anus disebut pendarahan gastrointestinal bagian bawah.

3. Hipovolemia

Hipovolemia adalah kondisi penurunan volume cairan darah. Kondisi ini juga dikenal dengan nama Syok hipovolemik.

Syok hipovolemik terjadi ketika Anda kehilangan lebih dari 15 persen pasokan darah atau cairan tubuh dan juga terjadinya gangguan fungsi jantung.

Ini terjadi karena kehilangan cairan, misalnya akibat dehidrasi atau diare. Dalam kondisi yang parah membuat jantung sulit memompa cukup darah ke tubuh Anda.

Saat kehilangan cairan meningkat, syok hipovolemik dapat menyebabkan kegagalan organ, sehingga membutuhkan perhatian medis darurat segera.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/29/163000965/3-risiko-komplikasi-tipes-yang-perlu-diwaspadai-apa-saja-

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke