Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Fenomena Perempuan Merokok yang Dianggap Buruk, Bagaimana Kata Sosiolog?

Unggahan tersebut dibuat di Twitter oleh akun ini pada Rabu (22/2/2023).

Dalam unggahan itu terdapat keterangan, "wdyt (what do you think) tentang cewek yang merokok?,".

"???? pengen tau opini kalian dong :)," tulis pengunggah.

Respon warganet

Banyak warganet yang menyampaikan pendapat beragam mengenai perempuan yang merokok. 

"Ngerokok atau enggaknya kalian bukan tolak ukur baik/buruknya kalian Perokok keren, gak ngerokok juga keren. Yang buang rokok sembarangan sampah, yang ngejudge perokok itu beran***** lebih dari sam***," tulis akun ini.

"Bukan paru parunya si kak yang beda, tapi karena perempuan itu dikasi keistimewaan lebih, yaitu rahim. Karena rokok bisa berpengaruh buruk ke rahim dan juga bisa beresiko mandul makanya perempuan "dipertanyakan" kalo ngerokok," kata akun ini.

"Nakal, liar, lont*," tulis akun ini.

"Enggak bgt, aku tiap ngeliat cewe ngeroko atau ngevape pandanganku selalu menganggap cewe nakal, aku ngeliatnya begitu karena aku ga ngerokok," ungkap akun ini.

Sosiolog di Universitas Gadjah Mada (UGM) Oki Rahadianto Sutopo menjelaskan, merokok sebenarnya bukan suatu hal yang baru, baik itu laki-laki maupun perempuan. Hal itu sudah ada sejak lama.

Menurutnya, ada masa di mana rokok dimoderenisasi menjadi bagian dari gaya hidup dan sesuatu yang bersifat urban dan sebagainya.

"Saya lihat jika ditempatkan sebagai suatu gaya hidup, fenomena merokok pada perempuan ini merupakan cara mereka untuk berpartisipasi dalam gaya hidup tersebut,"  ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (24/2/2023).

"Perempuan yang merokok, bisa berarti mereka sedang menunjukkan bahwa mereka memiliki agensi untuk memilih, mengontrol, dan menentukan apa yang mereka konsumsi, salah satunya dengan merokok," tambahnya.

Selain itu, terkadang mereka ingin bernegosiasi dan mematahkan stigma negatif mengenai perempuan yang merokok itu adalah perempuan nakal dan buruk.

Oki menjelaskan, stigma terkait perempuan merokok sama halnya dengan yang terjadi pada beberapa puluh tahun yang lalu di Indonesia.

Dulu, pernah ada stigma mengenai anak laki-laki yang rambutnya gondrong yang dikaitkan dengan kriminal, kejahatan dan lainnya.

"Tapi kan itu tidak terbukti benar. Ada banyak orang yang rambutnya gondrong itu berprestasi dan sebagainya. Nah, ini juga berlaku pada fenomena perempuan yang merokok," tuturnya.

Oki mengatakan, merokok menjadi buruk dan tidak bertanggung jawab itu ketika merugikan orang lain. Hal tu mencakup semua kalangan, baik laki-laki, perempuan, baik itu tua maupun muda.

Faktor pemicu perempuan merokok

Oki juga menjelaskan, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan mengapa perempuan itu merokok, di antaranya:

Oki mengatakan, stereotip yang sering menganggap perempuan yang merokok itu kurang baik itu tidak sepenuhnya benar.

Stereotip itu banyak diproduksi oleh media, film, dan bahkan masyarakat itu sendiri yang secara kultural sudah mempunyai pandangan tersendiri terhadap perempuan yang merokok.

Senada dengan Oki, sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, perempuan yang merokok dikaitkan dengan stereotip yang kurang baik itu kurang tepat.

"Stereotip itu biasanya dihubungkan dengan kebiasaan yang ada. Di mana biasanya perempuan akan dianggap lebih anggun dengan gaya bicaranya dan perilakunya," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (24/2/2023).

Strereotip lain yang juga sering dikaitkan dengan perempuan yang merokok itu adalah rasa ketidakpedulian mereka kepada anak-anaknya.

"Mereka yang merokok akan dianggap kurang peduli dengan anaknya karena merokok itu bisa merusak kesehatan. Terlebih untuk perempuan muda atau ibu muda yang masih menyusui dan sebaginya," jelasnya.

Selain itu, ada juga strereotip gender yang menganggap perempuan yang merokok itu buruk itu dikarenakan merokok itu cenderung banyak dilakukan oleh laki-laki.

Sehingga, perempuan yang merokok itu dikaitkan dengan seringnya berinteraksi dengan laki-laki.

"Laki-laki itu saat merokok kan bisa sendiri maupun ngumpul sama temannya, ini lah yang sering dianggap buruk. Mereka menganggap perempuan yang merokok itu sering berkumpul dengan laki-laki meskipun tidak semua perempuan seperti itu," tambahnya.

Drajat menyampaikan, dalam konteks sosiologis, hal itu tergantung pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat itu sendiri.

Setiap masyarakat di setiap daerah memiliki nilai dan pandnagan tersendiri terkait suatu hal. 

Selalu ada perbedaan di setiap masyarakat. Ada yang menganggap merokok bagi perempuan itu tidak masalah, dan ada juga yang melarang karena tidak pantas.

"Jika ditanya boleh atau tidaknya, itu tergantung pada konteks masyarakat itu sendiri, misal di Jawa bagaimana, Aceh bagaimana. Setiap daerah mempunyai nilai-nilai yang berlaku bagi perempuan," katanya.

Menurut Drajat, justru di zaman sekarang hal itu lebih terlindungi oleh hak-hak perempuan dan lebih mengarah ke tanggung jawab perempuan itu sendiri.

Selain itu, hal ini juga tergantung pada batasan masing-masing orang dan kelompok tertentu.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/24/180000665/ramai-soal-fenomena-perempuan-merokok-yang-dianggap-buruk-bagaimana-kata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke