Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa yang Harus Dilakukan Saat Anak Menunjukkan Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius?

KOMPAS.com - Kasus munculnya gangguan gagal ginjal akut misterius di Indonesia, utamanya pada anak-anak tengah menjadi perhatian banyak pihak.

Terlebih, puluhan anak meninggal dunia akibat penyakit tersebut.

Berdasarkan temuan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), beberapa gejala yang muncul dari gangguan ginjal akut misterius ini adalah batuk, pilek, diare, hingga muntah.

Gejala selanjutnya yang akan muncul beberapa hari setelah batuk, pilek, diare, muntah, dan demam adalah tidak bisa buang air kecil.

Pasalnya, tidak ada urine yang muncul seperti yang dialami seorang penderita dehidrasi berat pada umumnya.

Lantas, apa yang dilakukan jika anak mengalami gejala gagal ginjal akut misterius?

Penanganan kasus gagal ginjal akut misterius

Dokter spesialis anak di Mayapada Hospital Kuningan Kurniawan Satria Denta mengatakan, penanganan penyakit gagal ginjal akut misterius tersebut tergantung pada gejala yang terjadi.

Menurutnya, jika gejala yang muncul adalah demam, maka cukup dengan kompres hangat dan penuhi kebutuhan cairan tubuh.

Namun, orangtua harus segera membawa anak ke rumah sakit apabila tidak ada kencing selama 6 jam.

"Kalau tidak ada kencing selama 6 jam di luar jam tidur, segera bawa ke fasilitas kesehatan," kata dr Denta kepada Kompas.com, Jumat (21/10/2022).

Gejala bisa berbeda-beda

Ia menjelaskan, tidak adanya air kencing selama 6 jam bisa dijadikan patokan untuk membawa anak ke rumah sakit.

Kendati demikian, ia menyebut gejala masing-masing pasien bisa berbeda.

"Bisa beda-beda, tidak mesti sama tiap pasien. Gejala juga belum pasti didahului demam," katanya lagi.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya menemukan tiga zat kimia berbahaya pada pasien gagal ginjal akut misterius.

Ketiganya adalah etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), serta ethylene glycol butyl ether (EGBE).

Menindaklanjuti temuan itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun telah memerintahkan penarikan lima produk obat siruk yang tercemar etilen glikol (EG) di atas ambang batas aman.

"BPOM telah melakukan tindak lanjut dengan memerintahkan kepada industri farmasi pemilik izin edar untuk melakukan penarikan sirup obat dari peredaran di seluruh Indonesia dan pemusnahan untuk seluruh bets produk," ujar Kepala BPOM Penny Lukito, Kamis (20/10/2022).

Kelima produk obat yang mengandung etilen glikol melebihi ambang batas adalah:

  1. Termorex Sirup (obat demam)
  2. Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu)
  3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu)
  4. Unibebi Demam Sirup (obat demam)
  5. Unibebi Demam Drops (obat demam)

Penarikan tersebut mencakup seluruh outlate, termasuk pedagang besar farmasi, instalasi farmasi pemerintah, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, dan praktik mandiri tenaga kesehatan.

Selain itu, BPOM juga meminta semua industri farmasi dengan produk obat berpotensi mengandung cemaran EG dan DEG untuk melaporkan hasil pengujian mandirinya sebagai bagian dari tanggung jawab pelaku usaha.

Upaya industri farmasi lain yang bisa dilakukan adalah mengganti formula obat dan/bahan baku jika diperlukan.

Kendati demikian, Penny menyebut cemaran EG tersebut belum mendukung kesimpulan bahwa obat sirup terkait dengan kejadian gagal ginjal akut misterius.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/22/122700765/apa-yang-harus-dilakukan-saat-anak-menunjukkan-gejala-gagal-ginjal-akut

Terkini Lainnya

Catat, Ini Waktu Larangan untuk Minum Kopi dan Dampaknya

Catat, Ini Waktu Larangan untuk Minum Kopi dan Dampaknya

Tren
Mengenal Teori Bumi Berlubang dan Agartha, Inspirasi Serial 'Joko Anwar's Nightmares and Daydreams'

Mengenal Teori Bumi Berlubang dan Agartha, Inspirasi Serial "Joko Anwar's Nightmares and Daydreams"

Tren
Kemenkumham Soroti Kasus Peserta UTBK Tunarungu Dipaksa Copot ABD dan Dicurigai Joki

Kemenkumham Soroti Kasus Peserta UTBK Tunarungu Dipaksa Copot ABD dan Dicurigai Joki

Tren
Siswa SMP Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Padang, Saksi Sempat Lihat Korban Ditendang

Siswa SMP Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Padang, Saksi Sempat Lihat Korban Ditendang

Tren
Menilik Pegunungan Appalachia, Rumah bagi Cerita Misteri dan Supranatural

Menilik Pegunungan Appalachia, Rumah bagi Cerita Misteri dan Supranatural

Tren
Gangguan di Server Pusat Data Nasional Terjadi Cukup Lama, Apa Penyebabnya?

Gangguan di Server Pusat Data Nasional Terjadi Cukup Lama, Apa Penyebabnya?

Tren
Lowongan Kerja PT KAI untuk SMA: Ini Syarat, Link, dan Cara Daftarnya

Lowongan Kerja PT KAI untuk SMA: Ini Syarat, Link, dan Cara Daftarnya

Tren
Urutan Nonton 7 Episode Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Urutan Nonton 7 Episode Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Tren
Benarkah Mencuci Piring Bisa Bantu Meredakan Stres? Ini Kata Psikolog

Benarkah Mencuci Piring Bisa Bantu Meredakan Stres? Ini Kata Psikolog

Tren
Penjelasan Kemenag soal Video Jemaah Haji Diduga Meninggal dan Telantar di Arab Saudi

Penjelasan Kemenag soal Video Jemaah Haji Diduga Meninggal dan Telantar di Arab Saudi

Tren
Kasus Anjing Gigit Manusia Kembali Terjadi, Bisakah Pemilik Dipidana?

Kasus Anjing Gigit Manusia Kembali Terjadi, Bisakah Pemilik Dipidana?

Tren
Kronologi Anggota Satpol PP Pekanbaru Peras Nenek Rp 3 Juta, Modus soal Izin Bangunan

Kronologi Anggota Satpol PP Pekanbaru Peras Nenek Rp 3 Juta, Modus soal Izin Bangunan

Tren
Pelajar di Padang Diduga Jadi Korban Penganiayaan Polisi hingga Meninggal, KPAI Desak Polri Berbenah

Pelajar di Padang Diduga Jadi Korban Penganiayaan Polisi hingga Meninggal, KPAI Desak Polri Berbenah

Tren
5 Fakta Kecelakaan Pajero Vs Truk di Tol Semarang-Batang yang Menewaskan 4 Orang

5 Fakta Kecelakaan Pajero Vs Truk di Tol Semarang-Batang yang Menewaskan 4 Orang

Tren
Ahli Deteksi Kebangkitan Lubang Hitam 1 Juta Kali Massa Matahari, Apa Dampaknya?

Ahli Deteksi Kebangkitan Lubang Hitam 1 Juta Kali Massa Matahari, Apa Dampaknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke