Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Update Kasus Gagal Ginjal Akut: Tingkat Kematian, Larangan Obat Sirup, hingga Dugaan Penyebab

KOMPAS.com - Kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau GGAPA pada anak belakangan kian merebak.

Menilik laporan harian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per Jumat (21/10/2022), sebanyak 241 anak di 22 provinsi terserang GGAPA.

Dari angka tersebut, sejumlah 133 anak meninggal dunia, 64 anak masih menjalani perawatan, sementara sisanya dinyatakan sembuh.

Kasus gangguan ginjal akut dilaporkan pertama kali terjadi pada 2 Januari 2022. Namun, tren peningkatan baru terlihat mulai Agustus, yakni dengan 36 kasus.

Laporan bertambah pada September dan Oktober, yaitu sebesar 78 dan 110 kasus.

Berikut sejumlah perkembangan terkini kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal yang menyerang ratusan anak Indonesia:

Menurut Budi, hal ini menjadi tak biasa. Sebab, normalnya, kematian pada kasus gangguan ginjal atau acute kidney injury (AKI) ini tidak melonjak tinggi dalam waktu cepat.

"Jadi meninggal karena AKI selalu terjadi cuma jumlahnya kecilnya, enggak pernah tinggi," tutur Budi dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip dari Kompas.com, Jumat (21/10/2022).

"Kita melihat ada lonjakan di Agustus naik sekitar 36 kasus. Sehingga begitu ada kenaikan, kita mulai melakukan penelitian ini penyebabnya apa," kata dia.

Di lain kesempatan, Budi menyampaikan, tingkat kematian gangguan ginjal akut mendekati 50 persen.

Adapun mayoritas pasien gangguan yang masih belum diketahui penyebabnya ini, berasal dari bayi di bawah lima tahun (balita).

"Mengingat balita yang teridentifikasi AKI sudah mencapai 70-an (kasus) per bulan. Realitasnya pasti lebih banyak dari ini, dengan fatality/kematian rate mendekat 50 persen," kata Budi dalam keterangannya kepada wartawan, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (20/10/2022).

2. Sempat mengira disebabkan virus atau bakteri

Budi menuturkan, Kemenkes semula menduga peristiwa ini disebabkan virus atau bakteri.

Pasalnya, gangguan hati atau hepatitis yang sebelumnya ramai ternyata disebabkan oleh virs dan bakteri.

"Karena pengalaman kita sebelumnya di hati seperti itu. Kita nggak ketemu (penyebab pasti) secara jujur di September," tutur Budi, dilansir dari Kompas.com, Jumat (21/10/2022).

Hingga pada pertengahan September 2022, peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan penyebab pasti dari kematian puluhan anak di Gambia.

Gangguan ginjal akut tersebut diketahui disebabkan oleh keracunan zat kimia yang ada dalam obat-obatan.

"Sehingga kita lakukan review kembali di bulan Oktober dan kita menemukan pasien-pasien yang meninggal ini di atas 50 persen dari yang sakit," tutur Budi.

3. 3 senyawa berbahaya pada pasien

Kemenkes kemudian mengecek secara teliti korban meninggal dunia dan menemukan tiga zat kimia yang ditemukan WHO dalam organ ginjal.

Ketiga zat berbahaya tersebut yaitu etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butyl ether (EGBE).

"Kita datangi rumahnya dari seluruh pasien-pasien ini, kita temukan beberapa obat-obatan yang harus kita jaga dan kemarin kita umumkan secara preventif kita tahan dulu obat-obatan yang berisiko membahayakan," tutur Budi.

Menurut Budi, ketiga senyawa itu memicu asam oksalat dan selanjutnya menjadi kristal-kristal di dalam ginjal.

"Asam oksalat itu kalau masuk ke ginjal bisa menjadi kalsium oksalat. Kalsium oksalat itu jadi kayak kristal kecil tajam-tajam sehingga rusak ginjalnya," tandas dia.

4. Larangan konsumsi obat sirup

Oleh karena itu, Kemenkes menginstruksikan untuk tidak mengonsumsi semua obat sirup, jenis obat yang banyak dikonsumsi pasien sebelum terkena gagal ginjal.

Kemenkes juga telah meminta tenaga kesehatan untuk tidak meresepkan obat sirup kepada pasien, serta apotek agar tidak menjual obat sirup.

Instruksi itu tertuang dalam surat edaran Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak.

Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik lima produk obat sirup dengan cemaran etilen glikol melebihi ambang batas aman.

Mereka adalah Termorex Sirup (obat demam), Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (obat demam), dan Unibebi Demam Drops (obat demam).

5. Dugaan terbesar penyebab

Menilik kondisi sejauh ini, Budi menyebut bahwa dugaan terbesar penyebab kasus gangguan ginjal akut di Indonesia adalah senyawa kimia yang mencemari obat-obatan sirup.

"Apakah memang sudah pasti (disebabkan oleh senyawa kimia di obat sirup? Jauh sudah lebih pasti dibanding sebelumnya karena memang terbukti di anak ada," jelas Budi, diberitakan Kompas.com, Jumat (21/10/2022).

"Jadi darah anak-anak terbukti mengandung senyawa ini. Kita sudah ambil biopsi rusaknya ginjal konsisten dengan akibat senyawa ini," lanjut dia.

(Sumber: Kompas.com/Fika Nurul Ulya, Singgih Wiryono, Alinda Hardiantoro | Editor Bagus Santosa, Dani Prabowo, Inten Esti Pratiwi)

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/22/093000665/update-kasus-gagal-ginjal-akut--tingkat-kematian-larangan-obat-sirup-hingga

Terkini Lainnya

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke