Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pilpres 2024, Mungkinkah Prabowo Bisa Merangkul Pemilih Jokowi?

KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan akan maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Berbeda dari Pilpres sebelumnya, Prabowo kini kerap melontarkan pujian kepada Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan.

Dalam pidatonya di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra 2022 di Sentul International Convention Center pekan lalu, Jumat (12/8/2022), Prabowo menyebut tak mudah meneruskan pencapaian Jokowi.

"Kalau insya Allah saya nanti mendapat kesempatan untuk memimpin negara ini, tidak gampang meneruskan apa yang beliau sudah bangun," kata Prabowo. 

Saat penandatanganan piagam deklarasi koalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sabtu (13/8/2022), Prabowo kembali memuji Jokowi sebagai salah satu presiden terbaik Indonesia.

"Mungkin suatu saat sejarah akan mengatakan Pak Jokowi adalah salah satu Presiden terbaik di Indonesia," katanya.

Sejumlah pihak menilai, pujian-pujian itu sengaja dilakukan untuk merangkul pendukung Jokowi.

Namun, seberapa mungkin pendukung Jokowi akan memilih Prabowo pada Pilpres 2024?

Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam melihat, strategi Prabowo kali ini bertolak belakang dari dua Piplres sebelumnya.

Menurutnya, Prabowo saat ini mencitrakan diri sebagai tokoh yang merepresentasikan semangat keberlanjutan dari pemerintahan Jokowi.

Padahal, sebelumnya ia cenderung kritis dan asal beda dengan pemerintah.

"Dengan begitu, Prabowo ingin mendapatkan insentif elektoral dari ceruk massa pemilih loyal Jokowi," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (16/8/2022).

Akan tetapi, hal itu tidak serta merta bisa memobilisasi pendukung Jokowi, khususnya segmen dengan literasi politik yang memadai.

Berpeluang menarik pendukung Jokowi

Sebab, Pilpres 2014 dan 2019 telah meninggalkan trauma mendalam bagi pendukung Jokowi, ketika politik identitas dieksploitasi hingga menimbulkan sentimen kebencian.

Kendati demikian, Umam menilai strategi tersebut berpeluang bisa menarik pendukung Jokowi yang memiliki memori jangka pendek.

"Di satu sisi, Prabowo dianggap sebagai tokoh pragmatis oportunis, di sisi lain, Prabowo dianggap sebagai figur yang mengedepankan pesatuan," jelas dia.

Menurutnya, jumlah pemilih Jokowi dari kedua segmen tersebut cukup berimbang.

Namun, Umam menyebut ada indikasi Prabowo tidak mendapatkan dukungan elektoral dari pemilih Jokowi.

Hal ini bisa dilihat dari belum kuatnya dominasi elektoral Prabowo dari berbagai survei dan simulasi pasangan capres-cawapres.

Tak hanya itu, kehadiran nama-nama baru seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Ketua DPR RI Puan Maharani juga berpotensi menarik hati pemilih Jokowi.

"Hasil cross tabulasi yang IndoStrategic lakukan dalam sejumlah survei menunjukkan bahwa pemilih Jokowi lebih tersebar secara merata ke sejumlah nama seperti Puan, Ganjar, Prabowo, Anies, dengan penekanan lebih namun tidak dominan ke Ganjar," ujarnya.

"Sedangkan dukungan suporter Jokowi kepada Prabowo memang ada, tapi relatif kecil. Bahkan pendukung Prabowo cukup banyak yang beralih ke Anies Baswedan," lanjutnya.

Untuk itu, Umam melihat adanya tantangan besar yang akan dihadapi Prabowo dalam Pilpres 2024.

Pasalnya, ada segmen pemilih Muslim di Jawa Barat, Banten, dan Sumatera yang merasa kepada Prabowo setelah bergabung ke koalisi pemerintah.

"Di sisi lain, dua nama pendatang baru lainnya, seperti Anies dan Ganjar tidak punya beban dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang," jelasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/16/160000665/pilpres-2024-mungkinkah-prabowo-bisa-merangkul-pemilih-jokowi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke