Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar Mencari Kebenaran dari Kisah Gandamana dan Suman

Satu pihak menganggap pihak lain salah. Pihak yang tertuding juga menyatakan hal yang sama, bahwa mereka benar dan yang lain salah. Untuk menyikapi situasi semacam ini, kita bisa belajar dari kisah wayang Arya Gandamana dan Arya Suman (yang di kemudian hari berganti nama menjadi Sangkuni).

Gandamana dan Suman merupakan bawahan Pandu, Raja Kerajaan Hastina. Gandamana adalah patih Kerajaan Hastina, sedangkan Suman adalah lawan politiknya.

Kisah Gandamana dan Suman diawali saat mereka berdua diperintahkan Raja Pandu untuk mengakhiri pemberontakan Raja Tremboko dari Pringgadani. Di perjalanan, saat hendak menuju Pringgadani, Suman menjebak Gandamana dengan tujuan untuk membunuhnya.

Suman mengira Gandamana telah mati dalam jebakannya. Ia kemudian pulang ke Hastina, lalu melapor kepada Raja Pandu bahwa Gandamana telah tewas. Suman menceritakan bahwa Gandamana turut memberontak dan berpihak kepada musuh, sehingga dia terpaksa membunuhnya.

Suman memfitnah Gandamana. Raja Pandu mempercayai kata-kata Suman, lalu menganggapnya sebagai pahlawan.

Di luar perkiraan Suman, ternyata Gandamana tidak mati. Gandana berhasil lolos dari jebakan Suman. Dia kemudian kembali ke Kerajaan Hastina. Gandamana membuktikan bahwa dia tidak bersalah, lalu mencari Suman. Setelah menemukannya, Gandamana menyeret serta menghajar Suman hingga babak belur.

Raja Pandu mengetahui Gandamana telah main hakim sendiri. Sang Raja kemudian menurunkan posisi Gandama dari patih Kerajaan Hastina.

Suman, yang kondisinya wajahnya hancur lalu berganti nama menjadi Sangkuni, yang selanjutnya akan dikenang dalam kisah Mahabarata sebagai sosok yang licik dan culas.

"Becik ketitik, ala ketara"

Salah satu pelajaran yang bisa diambil dari kisah itu tertuang dalam pribahasa bahasa Jawa yaitu becik ketitik, ala ketara.  Maknanya adalah bahwa hal yang benar akan diperhatikan dan ditegaskan, sedangkan yang buruk pada akhirnya akan diketahui.

Pada situasi perebutan kebenaran akan terjadi simpang siur informasi, bahkan hoaks, karena berbagai pihak yang terlibat akan memberikan argumen dan bukti-bukti pembenaran. Situasi semacam itu sangat berbahaya, bisa saja terjadi distorsi, dan masyakat yang menyaksikan atau mendengar bisa membuat kesimpulan yang salah.

Pembuatan kesimpulan yang salah dapat menuntun orang pada perilaku main hakim sendiri. Perilaku main hakim sendiri tidak hanya secara fisik tetapi juga melalui kata-kata, sikap, dan pikiran.

Becik ketitik, ala ketara menggambarkan keyakinan orang Jawa bahwa setiap kebenaran akan ditegaskan. Melalui keyakinan ini, setiap pihak mestinya dapat jujur dan terbuka dengan apa yang terjadi, karena bagaimanapun manipulasi atau kebohongan suatu saat  akan terungkap.

Kisah Gandamana dan Suman menunjukkan bahwa setiap pihak yang merasa benar harus memperjuangkan kebenarannya. Perjuangan itu mungkin berat, bahkan mempertaruhkan nyawa, tetapi kebenaran akan selalu terungkap di ujung kisah.

Bagi anggota masyarakat, kisah Gandamana dan Suman juga mengajarkan bahwa setiap orang punya peluang untuk membuat kesimpulan yang salah, apa lagi bila kasusnya sangat personal dan melibatkan emosi. Karena itu, setiap pihak perlu mengendalikan diri dan berhati-hati dalam membuat kesimpulan.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/05/101812665/belajar-mencari-kebenaran-dari-kisah-gandamana-dan-suman

Terkini Lainnya

Menteri AHY Punya Kekayaan Rp 116 Miliar, Meningkat Rp 96 Miliar Sejak 2016

Menteri AHY Punya Kekayaan Rp 116 Miliar, Meningkat Rp 96 Miliar Sejak 2016

Tren
Penerbangan 'Delay' Berjam-jam, Penumpang Qatar Airways Terjebak dalam Pesawat dengan AC Mati

Penerbangan "Delay" Berjam-jam, Penumpang Qatar Airways Terjebak dalam Pesawat dengan AC Mati

Tren
4 Suplemen yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi untuk Menurunkan Berat Badan

4 Suplemen yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi untuk Menurunkan Berat Badan

Tren
Warganet Sebut Pendaftaran CPNS Sebenarnya Tidak Gratis, Ini Kata BKN

Warganet Sebut Pendaftaran CPNS Sebenarnya Tidak Gratis, Ini Kata BKN

Tren
Potensi Khasiat Sayur Kubis untuk Menunjang Kesehatan Jantung

Potensi Khasiat Sayur Kubis untuk Menunjang Kesehatan Jantung

Tren
Cerita Pasien yang Hidup dengan Chip Neuralink Elon Musk...

Cerita Pasien yang Hidup dengan Chip Neuralink Elon Musk...

Tren
Berkaca dari Unggahan Viral Pelajar Bercanda Menghina Palestina, Psikolog Ungkap Penyebabnya

Berkaca dari Unggahan Viral Pelajar Bercanda Menghina Palestina, Psikolog Ungkap Penyebabnya

Tren
Sederet Masalah pada Haji 2024: Ada Makanan Basi dan Tenda Tak Layak

Sederet Masalah pada Haji 2024: Ada Makanan Basi dan Tenda Tak Layak

Tren
Kapan Terakhir Unduh Sertifikat UTBK? Berikut Link dan Cara Mengeceknya

Kapan Terakhir Unduh Sertifikat UTBK? Berikut Link dan Cara Mengeceknya

Tren
10 Bandara Terbaik di Asia 2024, Dua di Antaranya Milik Indonesia

10 Bandara Terbaik di Asia 2024, Dua di Antaranya Milik Indonesia

Tren
Tiket Kereta Compartment Suites Termahal Rp 2,45 Juta, Ini Kata KAI

Tiket Kereta Compartment Suites Termahal Rp 2,45 Juta, Ini Kata KAI

Tren
Benarkah Makan Kol Goreng Bisa Picu Kanker? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Makan Kol Goreng Bisa Picu Kanker? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
6 Alasan Jalan Kaki Mundur Lebih Baik dari Jalan Kaki Biasa

6 Alasan Jalan Kaki Mundur Lebih Baik dari Jalan Kaki Biasa

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 15-16 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 15-16 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Suplemen untuk Orang 40 Tahun | Duduk Perkara Sekuriti GBK Ribut dengan Fotografer

[POPULER TREN] Suplemen untuk Orang 40 Tahun | Duduk Perkara Sekuriti GBK Ribut dengan Fotografer

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke