Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mewaspadai Presiden "Wayang"

Mereka menemukan ada dua kategori strategi utama presiden ketika menghindari batas masa jabatan. Kategori pertama adalah strategi yang dilakukan melalui amendemen konstitusi. Kategori kedua merupakan strategi yang dilakukan di luar amendemen konstitusi tetapi konstitusional dan tidak melanggar hukum.

Menariknya, dalam kategori kedua ini, Mila Versteeg dan rekan-rekannya memasukkan strategi "agen setia" sebagai salah satu upaya yang dilakukan presiden petahana untuk menghindari pembatasan masa jabatan yang terdapat dalam konstitusi. Pendekatan "agen setia" diartikan sebagai strategi mencari presiden pengganti yang dapat dikendalikan oleh presiden petahana setelah dia keluar dari kekuasaan (Mila Versteeg et al, 2020).

Dengan kata lain, presiden yang keluar dari kekuasaan karena masa jabatannya dibatasi berusaha terus berkuasa secara informal dengan cara mencari presiden penggantinya yang dapat ia kendalikan.

Kasus Rusia

Dalam riset itu, Mila Versteeg dan rekan-rekannya menemukan bahwa sejak tahun 2000 strategi "agen setia" sudah di gunakan oleh lima presiden petahana di berbagai negara. Salah satu contoh paling terkenal tentang keberhasilan petahana menggunakan strategi ini terjadi di Rusia.

Tahun 2008, masa jabatan periode kedua Putin berakhir. Menurut Article 81.3 Konstitusi Rusia, Putin tidak boleh lagi menjabat sebagai presiden karena jatah konstitusionalnya sudah habis. Dia harus pergi dari kekuasaan. Kewajibannya adalah membiarkan orang lain yang menjadi presiden.

Namun, kekuasaan bak wanita cantik yang memikat mata dan hati Putin. Dia tak kuasa menahan godaan untuk terus berkuasa. Karena saat itu Konstitusi Rusia melarang Putin menjabat lebih dari dua periode, dia punya cara lain menunaikan hasrat dan cintanya pada kekuasaan.

Tahun 2008, Putin mendorong Dmitri Medvedev yang dipasang sebagai "agen setia Putin" untuk bertarung dalam pemilihan presiden. Saat itu, Medvedev adalah orang yang belum punya pengalaman mengikuti pemilihan presiden dan namanya asing di telinga rakyat Rusia. Namun, berkat dukungan Putin yang popularitasnya tinggi di hadapan rakyat Rusia, Dmitri Medvedev terpilih sebagai Presiden Rusia.

Selama memerintah Rusia, para pengamat politik Rusia percaya bahwa Dmitri Medvedev berada di bawah kontrol Putin (Mila Versteeg et all, 2020).

Bahkan, sekalipun Medvedev mengambil kebijakan yang berbeda dari keinginan Putin, sebagian besar pengamat politik di Rusia masih percaya bahwa dia tetap berada di bawah pengaruh kuat Putin (David Landau, 2020).

Dengan kata lain, Dmitri Medvedev saat itu hanyalah presiden "wayang". Dia tidak betul-betul menjadi presiden yang "sebenarnya". Ketika itu, dia hanya menjadi presiden secara formal, tetapi kendali atas jalannya pemerintahan tetap ada pada Putin sebagai dalang sang wayang.

Diskusi-diskusi publik pun semakin banyak menyoroti tema tersebut. Diskusi di televisi, di Zoom, Google Meet terus menyeret nama Jokowi ke dalam pusaran Pemilihan Presiden 2024. Seolah-olah, dengan popularitasnya yang tinggi, Presiden Jokowi layak menjadi penentu kemenangan.

Laporan Tempo baru-baru ini sangat mengejutkan. Media itu menyebutkan, enam orang anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024 mengatakan bahwa koalisi itu dibentuk untuk mengusung calon presiden pilihan Jokowi.

Apakah itu berarti Jokowi menggunakan strategi "agen setia" agar bisa terus berkuasa secara informal?

Sebagai negarawan, begitulah langkah yang nanti mestinya diambil Jokowi. Kembali ke habitat aslinya menjadi rakyat biasa, dan menyingkir dari panggung politik. Biarkan pentas Pemilihan Presiden 2024 menjadi ajang pertarungan yang fair bagi generasi penerusnya, tanpa embel-embel didukung presiden petahana.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/17/135244765/mewaspadai-presiden-wayang

Terkini Lainnya

Kesaksian Warga Palestina yang Diikat di Kap Mobil dan Dijadikan Tameng oleh Tentara Israel

Kesaksian Warga Palestina yang Diikat di Kap Mobil dan Dijadikan Tameng oleh Tentara Israel

Tren
Ethiopia Selangkah Lagi Miliki Proyek Bendungan PLTA Terbesar di Afrika

Ethiopia Selangkah Lagi Miliki Proyek Bendungan PLTA Terbesar di Afrika

Tren
Jet Tempur Israel Serang Klinik di Gaza, Runtuhkan Salah Satu Pilar Kesehatan Palestina

Jet Tempur Israel Serang Klinik di Gaza, Runtuhkan Salah Satu Pilar Kesehatan Palestina

Tren
Sama-sama Baik untuk Pencernaan, Apa Beda Prebiotik dan Probiotik?

Sama-sama Baik untuk Pencernaan, Apa Beda Prebiotik dan Probiotik?

Tren
Dilirik Korsel, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia jika Ditinggal STY?

Dilirik Korsel, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia jika Ditinggal STY?

Tren
Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Tren
Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Tren
Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Tren
Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Tren
Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Tren
Kata Media Asing soal PDN Diserang 'Ransomware', Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Kata Media Asing soal PDN Diserang "Ransomware", Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Tren
Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Tren
Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Tren
Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Tren
7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke