Para pencinta lingkungan khawatir, kehadiran Elon Musk di Indonesia akan merusak alam serta menyengsarakan masyarakat adat dan rakyat miskin dengan pengejawantahan angkara murka pembangunan secara melanggar agenda pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati para anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia, sebagai pedoman pembangunan infrastruktur planet Bumi abad XXI tanpa merusak alam serta menyengsarakan manusia.
Ada yang menyayangkan bahwa untuk Tesla, tim bisnis mobil listrik Elon Musk sudah menjalin kerja sama dengan perusahan baterai Brasil, meski kemungkinan Tesla buka pabrik di Morowali Industrial Park di Sulawei Tengah tidak berarti tertutup. Masih terbuka peluang bagi Presiden Jokowi untuk meyakinkan Elon Musk berkenan menanam modal di Indonesia yang senantiasa siap memberikan fasilitas investasi terbaik di marcapada masa kini mau pun masa depan.
Menarik, ada yang kreatif menyimpulkan Elon Musk memilih Brasil ketimbang Indonesia karena di Brasil tidak ada kadrun alias kadal gurun. Mereka menyebut di Brasil tidak ada gurun. Suatu kesimpulan yang cukup menarik sebab terkesan humoristis tetapi sayang keliru.
Brasil punya gurun yaitu Lencois Maranhenses. Sama halnya di gurun-gurun lain di planet Bumi ternyata di gurun Brasil juga hadir para kadal.
Mereka yang meyakini bahwa yang dimaksud dengan kadrun adalah kadal berkaki dua alias manusia juga keliru sebab di gurun ternyata minimal ada 50 jenis kadal gurun yang mewarisi kemampuan bipedal dinosaurus jenis velociraptor mampu lincah berjalan bahkan berlari dengan dua kaki. Kemampuan bipedal kadal gurun terbentuk secara evolusioner akibat terutama cuaca siang hari di gurun lazimnya luar biasa panas sehingga permukaan gurun terlalu panas untuk dilewati secara melata seperti lazimnya kadal yang tidak hidup di kawasan gurun.
Yang meyakini bahwa kadrun yang melakukan kekerasan dengan dalih agama adalah umat Islam sebaiknya jangan mengabaikan fakta peradaban bahwa ada umat Nasrani di Irlandia Utara, ada umat Hindu di India, ada umat Buddha di Myanmar juga melakukan kekerasan terhadap sesama manusia. Naga-naganya senantiasa ada manusia yang memanfatkan agama sebagai kedok atau alasan melakukan kekerasan terhadap sesama manusia.
Pada hakikatnya adalah lebih bijak jika kita tidak melakukan stigmasisasi secara pukul rata sesuai mazhab setitik nila merusak susu sebelanga. Jika ada umat agama tertentu melakukan kekerasan terhadap sesama manusia sebaiknya jangan gebyah-uyah bahwa seluruh umat agama tertentu tersebut niscaya melakukan kekerasan terhadap sesama manusia.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/17/073319465/aneka-tanggapan-terhadap-artikel-tentang-elon-musk