Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Deltacron Bukan Varian Baru, Begini Penjelasan Ahli Mengenai Risikonya

KOMPAS.com - Virus SARS-CoV-2 dengan berbagai variannya seperti Delta, Omicron, dan varian lain yang belum teridentifikasi, telah menghantui dunia kurang lebih dua tahun ini.

Terakhir, varian yang secara tidak resmi disebut dengan Deltacron ditemukan di sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Varian Deltacron disebut-sebut sebagai kombinasi virus corona varian Delta dan Omicron.

Lantas, apa saja perbedaan varian Omicron dan Deltacron tersebut? Dan apa hubungan kedua varian tersebut?

Berikut penjelasan dari ahli:

Asal muasal virus corona menginfeksi

Ahli patologis klinis sekaligus Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, virus corona sebelum varian Omicron akan menginfeksi sel melalui ikatan dengan protein yang menjadi pintu masuk Covid-19.

Protein tersebut adalah reseptor ACE-2, kemudian dilanjutkan berikatan dengan protein TMPRSS2. Selanjutnya, virus corona baru akan masuk ke dalam sel.

Saat protein Spike atau protein S milik virus corona siap berikatan dengan ACE-2, bentuknya menjadi terbuka sehingga dikenali oleh sistem imun.

Namun setelah berhasil berikatan, posisi keduanya terkunci yang menyebabkan sistem imun tidak lagi dapat mencegah virus masuk.

“Tapi begitu berikatan, posisinya sudah terkunci, tidak bisa dicegah lagi oleh sistem imun,” terang Tonang saat dihubungi Kompas.com (4/3/2022).

Setelah masuk ke dalam sel, virus corona bereplikasi atau memperbanyak diri dan “berniat” menyebar ke sel lain.

Saat proses penyebaran ini, ada kesempatan bagi sistem imun untuk kembali mengenali protein S. Akibatnya, terjadi pertarungan antara sistem imun dengan kecepatan replikasi virus corona.

Selanjutnya, Omicron tidak membutuhkan TMPRSS2 yang letaknya ada di paru-paru untuk masuk ke dalam sel. Akan tetapi, langsung menembus masuk ke dalam sel (endositosis).

“Maka pertumbuhan Omicron di saluran napas 70 kali lebih cepat daripada Delta. Tapi di paru-paru, pertumbuhannya 10 kali lebih lambat daripada delta,” paparnya.

Tonang menambahkan, varian Omicron juga lebih merespons interferon yang merupakan bagian dari sistem imun bawaan tubuh.

Respons terhadap interferon ini yang membuat Omicron mudah menular, cepat menyebar, tapi cenderung memiliki gejala ringan.

Varian Deltacron lebih mirip Omicron

Terkait dengan varian Deltacron, berdasarkan hasil analisis lebih lanjut, Tonang mengatakan bahwa varian Deltacron lebih mungkin tetap varian Omicron.

“Dengan sudah sedemikian banyak titik mutasi pada Omicron, maka risikonya ada beberapa titik yang mengandung mutasi sama dengan varian-varian sebelumnya,” ujar Tonang ketika dihubungi Kompas.com, Senin (14/3/2022).

Di sisi lain, sejarah varian Delta juga pernah memiliki subvarian yang disebut dengan 21J.AY.4. Subvarian tersebut muncul di akhir gelombang Delta, tetapi kemudian jarang teridentifikasi lagi.

Subvarian Delta 21J.AY.4 inilah yang menurut penjelasan Tonang, titik mutasinya ditemukan sebagai rekombinan atau bentuk genetik dari Delta-Omicron atau Deltacron.

“Tapi ciri varian Omicron tetap yang dominan. Jadi sejauh ini, varian hasil rekombinasi ini dimasukkan sebagai subvarian Omricron,” jelasnya.

Oleh karena itu, imbuh Tonang, varian Deltacron belum menjadi suatu varian baru. Kasusnya pun masih jarang sekali dibandingkan temuan sequencing Omicron selama ini.

Bagian protein S milik Deltacron juga sangat mirip dengan varian Omicron, sehingga tubuh tetap akan mengenalinya sebagai varian Omicron.

Maka dari itu, dugaan para ahli, rekombinan ini tidak akan menimbulkan masalah signifikan. Deltacron menurut Tonang juga mungkin berefek pada kemudahan penyebarannya, tetapi bukan pada derajat gejala yang ditimbulkannya.

“Tapi hal ini pun masih perlu dicermati perkembangannya. Mengingat waktu kemunculan subvarian Delta 21J.AY.4 pun tidak menimbulkan gelombang baru,” tutup Tonang.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/14/200000165/deltacron-bukan-varian-baru-begini-penjelasan-ahli-mengenai-risikonya

Terkini Lainnya

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Tren
Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Tren
Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Tren
PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

Tren
4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

Tren
Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Tren
Istilah 'Khodam' Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Istilah "Khodam" Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Tren
5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

Tren
28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Tren
Profil 10 Stadion yang Menggelar Pertandingan Euro 2024 Jerman

Profil 10 Stadion yang Menggelar Pertandingan Euro 2024 Jerman

Tren
'Wine' Tertua di Dunia yang Ditemukan di Spanyol Mengandung Abu Kremasi Manusia

"Wine" Tertua di Dunia yang Ditemukan di Spanyol Mengandung Abu Kremasi Manusia

Tren
5 Hewan yang Melakukan Kanibalisme Seksual dengan Memakan Pasangannya Sendiri

5 Hewan yang Melakukan Kanibalisme Seksual dengan Memakan Pasangannya Sendiri

Tren
Mengenal Pohon 'Penghasil' Madu Hutan yang Menjulang hingga 88 Meter

Mengenal Pohon "Penghasil" Madu Hutan yang Menjulang hingga 88 Meter

Tren
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko di Libur Sekolah 2024

Harga Tiket Masuk Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko di Libur Sekolah 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke