Ia mengungkapkan positif Covid-19 dan mengunggah fotonya saat dites di akun Instagram, @attahalilintar.
"YA ALLAH ???? :( Shock!! aku Positif C0V1D-19 lagi untuk kedua kalinya.. setelah swab test untuk besok Kerja terbang ke solo.. ternyata hasilnya positif," tulis @attahalilintar.
Penjelasan epidemiolog
Menanggapi hal itu, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyampaikan, kasus reinfeksi bukanlah hal yang aneh dan memang bisa terjadi.
Selain itu menurutnya reinfeksi pada umumnya bergejala sedang, meski demikian ia menuturkan reinfeksi bisa pula menimbulkan kematian.
“Pertama harus dipahami reinfeksi secara definisi adalah terjadinya infeksi kedua setelah penderita ini pernah terinfeksi covid dibuktikan dengan hasil laboratorium,” ujarnya dihubungi Kompas.com, Minggu (25/4/2021).
Ia mengatakan penetapan diagnosa reinfeksi sebetulnya tidaklah mudah, apalagi tak semua orang tahu dirinya pernah terinfeksi atau tidak.
Selain itu, kasus reinfeksi menurutnya sebetulnya juga seharusnya dilakukan adanya genom sequencing.
Hal ini diperlukan karena masih banyak perkara reinfeksi yang belum diketahui.
“Nah kalau bicara reinfeksi penyebabnya adalah ditentukan antara lain karna viral load yang tinggi karena ia ke tempat ramai, mudik dan sebagainya, jadi paparan tinggi akhirnya terinfeksi lagi,” ujar dia.
Selain itu adanya varian baru juga bisa saja menurunkan efikasi antibodi yang sebelumnya telah terbentuk pada infeksi yang pertama.
Selain itu, faktor ketiga penyebab terjadinya reinfeksi adalah adanya gangguan sistem imunitas tubuh seperti pada penderita kanker atau mereka yang tengah menerima imunosupresi.
“Sehingga artinya walau kita sudah pernah terinfeksi bukan perarti aman, tidak,” ujar dia.
Potensi reinfeksi
Dicky mengatakan, potensi reinfeksi untuk penyintas kurang lebih 10 persen pada sampel usia 18 hingga 20 tahun dengan stamina bagus.
Namun, secara kondisi umum, prediksi peluang terinfeksi lagi bisa lebih besar dipengaruhi oleh program 3 T maupun 5 M di wilayah setempat.
“Bisa lebih tinggi dari 10 persen,” ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya mengingatkan anak muda yang pernah menjadi penyintas tetap bisa terinfeksi.
Sehingga ia mengimbau bahwa sebetulnya vaksin penting untuk semua golongan termasuk yang sudah pernah terinfeksi atau penyintas salah satunya untuk mencegah terjadinya reinfeksi.
Ia mengatakan, ke depan potensi Covid-19 menjadi endemik sangat besar.
Jika diprediksi kemungkinan seseorang dua atau tiga tahun sekali bisa terinfeksi Covid-19 dengan varian baru.
“Karena itu vaksinasi penting dan harus dimodifikasi. Karna secara umum potensi masyarakat umum terinfeksi semakin meningkat dengan adanya banyak varian yang bisa ada mutasi di dalamnya yang bisa menurunkan efikasi,” jelas dia.
Ia juga mengingatkan Covid-19 memiliki banyak dampak pada organ baik untuk mereka yang bergejala ataupun tidak.
Sehingga, siapapun yang pernah terinfeksi pihaknya mengingatkan untuk memperhatikan dampak kesehatan jangka panjang terkait adanya potensi penurunan kualitas kesehatan.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/26/100000765/belajar-dari-atta-halilintar-epidemiolog-ingatkan-risiko-reinfeksi-covid-19