Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Sampai Ketagihan, Ini Senyawa Berbahaya di Balik Nikmatnya Gorengan

KOMPAS.com - Siapa yang tidak suka gorengan? Jawabannya pasti hampir semua suka cemilan gurih nan renyah ini.

Kudapan ini dapat dijumpai di mana saja di Indonesia. Gorengan bisa dinikmati untuk sekedar camilan. Bisa juga menjadi teman makan.

Jenisnya pun bermacam-macam. Mulai dari tempe goreng, ubi goreng, singkong goreng, bakwan, pisang goreng, dan banyak lagi lainnya.

Namun, di balik rasanya yang nikmat, ternyata jenis makanan yang satu ini menyimpan bahaya bagi tubuh.

Salah satunya adalah senyawa Akrilamida, senyawa berbahaya yang timbul jika terlalu lama gorengan digoreng dalam minyak. Senyawa ini bahkan diketahui ada dalam asap rokok.

Seperti apa bahayanya? Berikut penjelasan dari ahli gizi tentang risiko kesehatan yang bisa terjadi.

Apa itu Akrilamida

Dokter sekaligus ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen mengatakan, memproses makanan dengan cara menggoreng bisa menimbulkan senyawa bernama akrilamida.

"Prinsipnya, akrilamida itu senyawa hasil menggoreng karbohidrat. Semua yang ada kandungan karbo akan jadi akrilamida. Termasuk tempe dan tahu," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/3/2021).

Senyawa yang sama juga akan muncul saat menggoreng bahan pangan yang mengandung pati seperti tepung dan ubi.

"Bahan pangan berpati, digoreng, dipanggang dengan suhu tinggi menyebabkan reaksi antar gula dan asam amino yang menghasilkan Acrylamide," sebut dr. Tan dalam unggahan Instagram @drtanshotyen.

Akrilamida yang terbentuk dari proses pemanasan itu jumlahnya akan semakin tinggi seiring semakin lamanya waktu menggoreng.

Risiko kanker

Berdasarkan laman badan obat dan makanan AS (FDA), akrilamida merupakan senyawa kimia yang dapat terbentuk pada makanan selama diproses menggunakan temperatur tinggi, seperti digoreng dan dipanggang.

Pada penelitian yang dilakukan, jumlah yang sangat tinggi dari senyawa Akrilamida ini terbukti menyebabkan kanker pada hewan yang terpapar.

Meski demikian, FDA tidak mengharuskan untuk berhenti sama sekali dari mengonsumsi makanan yang diproses dengan cara digoreng atau dipanggang.

Terpenting adalah menerapkan pola makan sehat, termasuk buah, sayur, daging, ikan, kacang-kacangan, susu, dan lainnya.

Selain itu, harus membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, garam, dan gula tambahan.

Jangan sampai ketagihan

Mungkin akan menjadi hal sulit bagi sebagian besar orang yang sudah terbiasa untuk membatasi konsumsi gorengan.

"Nah itu yang repot, karena begitu lidah kecanduan, siapa yang bisa tarik tuas remnya? Sulit itu karena tidak ada pembiasaan dan pembelajaran. Kedua, belum kena getahnya. Coba kalau sudah mulai ada benjolan yang mencurigakan, nah baru kan," jelas dia. 

Tidak ada batas aman atau toleransi yang pasti untuk mengonsumsi makanan seperti gorengan.

Hal itu dikarenakan tingkat ketahanan atau sensitifitas tubuh masing-masing manusia berbeda.

"Dan satu hal lagi, sensitivitas tiap orang tidak sama. Perokok aktif berpuluh-puluh tahun tidak kena kanker, sementara anak sebagai perokok pasif bisa kena stunting bahkan asma dan kanker darah," jelas Tan.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/15/173000265/jangan-sampai-ketagihan-ini-senyawa-berbahaya-di-balik-nikmatnya-gorengan

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke