Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Steak Medium Rare Aman Dikonsumsi?

KOMPAS.com - Steak atau daging panggang adalah salah satu olahan daging yang banyak penggemarnya. Siapa yang tak suka steak? Beragam daging bisa diolah menjadi steak, seperti daging sapi, domba, atau kambing.

Diberitakan Kompas.com, 23 Februari 2020, secara umum, tingkat kematangan steak ada lima, yaitu:

  • Rare: Dipanggang selama 3-5 menit. Daging sebagian besar masih mentah, dan berwarna merah.
  • Medium rare: Daging steak telah matang di bagian luar, tetapi masih mentah pada bagian tengah.
  • Medium: Daging telah matang pada bagian luar, tetapi masih tersisa bagian mentahnya di tengah.
  • Medium well: Perpaduan antara daging yang cukup empuk dan masih terasa juicy. Warna merah daging tersisa sedikit di tengah.
  • Well done: Daging telah matang secara sempurna. Daging berwarna coklat dengan tekstur yang cenderung keras.

Mayoritas orang Indonesia menyukai steak yang dimasak dengan tingkat kematangan medium well atau well done.

Akan tetapi, sebagian penggemar steak ada yang menyukai tingkat kematangan medium rare atau medium. Hal ini lantaran daging masih berwarna merah segar dan terasa juicy.

Apakah steak dengan tingkat kematangan tidak sempurna aman dikonsumsi?

Ahli gizi DR dr Tan Shot Yen tidak menganjurkan konsumsi steak dengan tingkat kematangan di bawah well done.

"Risiko bukan hanya sekadar cacing dan kista atau telurnya, tapi juga penyakit lain yang dibawa karena daging tidak matang betul," kata dr Tan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (24/1/2021).

Dia mengatakan, restoran yang menyediakan menu steak dengan tingkat kematangan di bawah well done, seharusnya mencantumkan sertifikat keamanan pangan.

"Restoran-restoran bermutu wajib memasang itu, seperti papan izin praktek dokter. Di Jepang pun, restoran-restoran yang menyajikan sashimi harus punya sertifikasi," ujar dia.

Tan menyebutkan, sertifikasi daging semacam itu masih jarang ditemui di restoran di Indonesia.

"Tidak ada jaminan sertifikasi daging dari restorannya. Pun restorannya boro-boro disidak untuk masalah keamanan pangan," kata Tan.

"Protein, seng dan zat besi sama saja, mau medium, rare atau well done," kata Tan.

Dia menyebutkan, yang menjadi masalah pada steak adalah jika proses pemasakan membuatnya menjadi gosong.

"Area-area gosong yang justru disukai karena rasanya itu, berisiko karsinogen karena heterosiklik amino," ujar dia.

Tan juga meluruskan bahwa warna merah pada daging yang dimasak tidak matang sempurna bukanlah darah, melainkan myoglobin.

"Darah (blood) tidak sama dengan meat juice, alias myoglobin, protein daging yang memang tidak terdenaturasi apabila tidak matang," kata dia.

Tan mengatakan, myoglobin mempunyai pigmen kemerahan sebab fungsinya mentransfer oksigen ke seluruh jaringan otot.

Itu sebabnya proses pemasakan menjadikan warna myoglobin menjadi coklat.

Cara memasak yang lebih sehat

Tan menambahkan, sebenarnya ada cara yang jauh lebih sehat dalam memasak daging ketimbang mengolahnya menjadi steak.

"Lebih baik lagi bukan berupa steak. Indonesia punya cara masak tradisional yang jauh lebih sehat," kata Tan.

"Di kita, bisa dibuat rawon, pindang, kalio, gulai, soto, dan masih banyak lagi. Ini semua tidak ada risiko daging gosong," kata dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/30/123000665/apakah-steak-medium-rare-aman-dikonsumsi-

Terkini Lainnya

Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Tren
Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Tren
Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Tren
Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Tren
Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Tren
Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Tren
Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Tren
PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

Tren
4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

Tren
Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Tren
Istilah 'Khodam' Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Istilah "Khodam" Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Tren
5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

Tren
28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Tren
Profil 10 Stadion yang Menggelar Pertandingan Euro 2024 Jerman

Profil 10 Stadion yang Menggelar Pertandingan Euro 2024 Jerman

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke