Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Donald Trump Diberi Obat Steroid Dexamethasone, Bagaimana Kondisinya?

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diberikan obat steroid dexamethasone sebagai bagian dari pengobatan Covid-19 yang diterimanya.

Keterangan ini disampaikan oleh salah satu dokter yang merawat Trump, Dr Brian , Garibaldipada Minggu (4/10/2020).

Melansir CNN, Senin (5/10/2020), pemberian obat ini menjadi indikasi atau kemungkinan kondisi Trump yang mengkhawatirkan. 

Pasalnya, obat ini tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang tidak begitu sakit untuk menerima efek samping dari steroid, termasuk menekan sistem kekebalan.

"Kami memutuskan bahwa dalam kasus ini, manfaat potensial di awal, kemungkinan lebih besar daripada risikonya saat ini," kata dokter yang bertugas di Gedung Putih, Dr Sean Conley kepada wartawan di luar pusat medis Walter Reed, Minggu (4/10/2020).

Namun, pemberian obat ini menjadi kebingungan baru terkait dengan kondisi Trump sebenarnya.

Tingkat saturasi oksigen umumnya adalah antara 95-100 persen.

Pembaruan ini pun memunculkan perhatian tersendiri di antara para dokter meskipun setelah itu Trump keluar dengan iring-iringan mobil di sekitar Water Reed, Minggu (4/10/2020), dan masuk kembali ke tempatnya dirawat.

"Entah dia (Trump) mengalami gejala yang parah dan menggunakan dexamethasone atau dia tidak mengalami gejala separah itu. Jika demikian, penggunaan dexamethasone adalah tindakan yang tidak bertanggungjawab," kata Nicholas Christakis, seorang dokter dan sosiolog di Yale University seperti dikutip The Guardian, Minggu (4/10/2020).

Percobaan pemulihan menemukan bahwa obat ini meningkatkan peluang bertahan hidup dan memperpendek lama waktu pasien di rumah sakit, yaitu mereka yang memiliki kadar oksigen darah cukup rendah dan pasien yang membutuhkan ventilator.

Trump sendiri telah menerima dua pengobatan sebelumnya yaitu obat antivirus remdesivir dan campuran obat antibodi.

Remdesivir disetujui penggunaan daruratnya oleh BPOM AS pada Mei lalu setelah studi menemukan bahwa obat ini membantu orang pulih lebih cepat. 

Sementara, campuran obat antibodi yang diberi nama REGN-COV2 adalah campuran dua antibodi manusia yang dibuat.

Hasil dari obat ini juga belum dapat dibuktikan secara pasti, tetapi pada uji coba yang dilakukan, obat tersebut menurunkan jumlah virus yang bersirkulasi.

Penelitian tentang dexamethasone

Setidaknya, satu studi besar dan random yang dilakukan untuk menguji dexamethasone menunjukkan pasien virus corona mengalami kondisi yang lebih baik.

Obat ini disebut dapat meredakan peradangan atau inflamasi yang berbahaya.

Institusi Kesehatan Nasional (NIH) menyebutkan, dalam pendoman perawatan pasien virus corona bahwa "pasien Covid-19 dengan gejala parah dapat mengalami respons peradangan sistemik (ke seluruh tubuh) yang dapat memicu luka paru-paru dan disfungsi organ multisistem".

Berdasarkan hasil uji coba tersebut, panel ahli di NIH merekomendasikan pemberian dexamethasone kepada pasien Covid-19 yang membutuhkan bantuan ksigen.

"Panel tidak merekomendasikan penggunaan dexamethasone unuk perawatan pasien Covid-19 yang tidak membutuhkan dukungan oksigen tambahan," tulis pedoman NIH tersebut

Dalam penelitian tentang dexamethasone yang dilakukan di Inggris, sekitar 23 persen pasien yang diberi dexamethasone meninggal. 

Sementara, 26 persen orang yang diberi dexamethasone tidak meninggal.

Jadi, persentase pasien yang tidak meninggal setelah diberi dexamethasone sedikit lebih besar.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/05/102800065/donald-trump-diberi-obat-steroid-dexamethasone-bagaimana-kondisinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke