Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Populer Saat Bencana, Benarkah Lagu "Ibu Pertiwi" Menjiplak Lagu Luar?

KOMPAS.com - Pada setiap bencana atau seperti masa-masa pandemi virus corona seperti saat ini, lagu nasional "Ibu pertiwi" banyak dinyanyikan oleh masyarakat Indonesia.

Salah satu yang populer adalah video lagu "Ibu Pertiwi" yang dinyanyikan oleh Shana Shannon yang sudah ditonton lebih dari 6 juta kali.

Lagu tersebut menggambarkan kondisi Tanah Air yang sedang dilanda bencana atau musibah. Hal itu dapat dilihat dari lirik-liriknya. Terdapat kata-kata "bersusah hati", "ibu sedang lara" dan "merintih dan berdoa".

Banyak dari masyarakat hafal lagu ini sebab biasanya dikenalkan sejak taman kanak-kanak. Namun mungkin tidak banyak yang tahu pencipta lagu ini.

Ismail Marzuki atau Kamsidi Samsudin?

Sejumlah orang menyebut lagu ini diciptakan oleh Ismail Marzuki. Namun ada juga sumber yang mengatakan lagu ini diciptakan komponis asal Solo Kamsidi Samsudin. Seperti ditulis dalam buku "Kumpulan Lagu Wajib Nasional, Tradisional, & Anak Populer".

"Ada sumber yang mengatakan pencipta lagu Ibu Pertiwi adalah komponis Kamsidi Samsuddin pada tahun 1908," disebutkan dalam buku yang ditulis Hani Widiatmoko dan Dicky Maulana di halaman 21 itu.

Sementara akun twitter @KatolikG pada 30 Oktober 2019 mencuit tentang lagu "Ibu pertiwi".

"Banyak orang mengira lagu "kulihat ibu pertiwi" adalah lagu nasional asli Indonesia. Padahal itu lagu jiplakan. Lagu aslinya adalah "What a friend we have in Jesus" lirik berupa puisi ditulis oleh Joseph M. Scriven th 1855," cuit dia yang dalam bio-nya mengaku tidak mewakili pandangan gereja katolik manapun.

Direkam 1966

Gitaris Jubing Kristianto dalam unggahan di instagramnya 29 April 2020 lalu menyebutkan lagu "Ibu Pertiwi" kemungkinan pertama kali direkam di Indonesia tahun 1966 oleh grup band Dara Puspita.

Disebutkan dalam sampul piringan hitam tidak disebutkan nama penciptanya. Kemudian tahun 1974 dalam sebuah kaset album rekaman lagu-lagu anak "Dakochan" lagu "Ibu Pertiwi" juga dinyanyikan, namun lagi-lagi tanpa nama pencipta.

"Lagu ini bukan lagu Indonesia. Judul aslinya adalah "What A Friend We Have in Jesus" yg diciptakan Charles Converse tahun 1868 berdasar puisi ciptaan Joseph Scriven," tulis Jubing.

Rekaman pertama di dunia untuk lagu ini dilakukan tahun 1928 oleh penyanyi Washington Phillips.

"Siapa yang menulis lirik "Ibu Pertiwi" belum diketahui pasti sampai sekarang. Tapi kita tahu, lagunya adalah karya Charles Converse," lanjut dia.

Dr CS Hutasoit dan Iwan Darsono dalam surat pembaca di Harian Kompas, Kamis (14/5/2020) juga mengoreksi tentang pengarang lagu "Ibu Pertiwi".

Darsono mengatakan, lagu ”Ibu Pertiwi” tidak hanya mirip (beberapa bar) dengan "What a Friend We Have Jesus", tetapi benar-benar persis keseluruhannya.

"Mungkin zaman dulu tidak ada sarana untuk meluruskan sejarah, tetapi sekarang semua orang bisa mengakses informasi ke seluruh penjuru dunia. Kita perlu lebih teliti dan hati-hati, jangan sampai generasi muda penerus bangsa tersesat mengikuti sejarah yang tak benar," kata dia.

Dinyanyikan Jemaat HKBP

Hutasoit mengatakan, lagu "What a Friend We Have Jesus" telah dinyanyikan Jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) sejak lama setelah zending Jerman mengabarkan Injil di Tanah Batak.

Dalam Buku Ende (buku nyanyian Gereja HKBP No 219) dijelaskan bahwa lagu itu diciptakan oleh Charles Crozat Converse (1832-1918) dan syairnya oleh Joseph Medlicott Sortiver (1820-1886).

"Sesudah ”Kamsidi” muncul ”Ismail Marzuki”, sementara pengarang dan pencipta lagu asli telah meninggal lebih dari 100 tahun lalu. Apakah boleh seseorang mengambil alih ciptaan orang lain, termasuk lagu, tanpa menyebutkan sumber aslinya? Saya kira ini tidak etis," ujar dia.

Lagu "Ibu Pertiwi" apabila dicermati bermelodi 100 persen sama dengan ”Ise do Ale-alenta” yang tersua di Buku Ende nomor 219 dan ”Yesus Kawan Sejati” yang tersua di Kidung Jemaat nomor 453.

Kedua buku nyanyian gereja itu menyebut lagunya diciptakan Charles C Converse. Buku Ende menyebut diciptakan tahun 1918, sementara Kidung Jemaat menyebut tahun 1868.

Lirik tentang Yesus sebagai kawan sejati itu ditulis dalam bahasa Inggris oleh Joseph M Scriven pada 1855.

Puisi untuk ibu

Dikutip dari Christianity.com, Joseph M Scriven dilahirkan di Irlandia pada tahun 1820, dan menempuh pendidikan di Trinity College, Dublin.

Dia lalu bertunangan dan bersiap untuk menikah. Kemudian tragedi menimpa. Tunangannya tenggelam pada malam sebelum pernikahan mereka.

Setelha itu ia bermigrasi ke Kanada, tempat ia mengajar dan mengajar untuk mencari nafkah.

Sekali lagi dia bertunangan, dengan Eliza Roche. Namun sekali lagi tragedi menimpa. Sesaat sebelum pasangan itu menikah, gadis itu jatuh sakit dan meninggal.

Setelah hampir depresi, dia bergabung dengan Plymouth Brethren setempat dan membantu anggota lansia mereka. Hal itu membuatnya lebih sadar akan penderitaan orang miskin dan lemah.

Joseph menulis nyanyian pujiannya yang terkenal pada tahun 1855 untuk menghibur ibunya yang masih tinggal di Irlandia.

Tulisan tentang lagu itu ditemukan secara tidak sengaja sesaat sebelum kematiannya. Ira Sankey menambahkan nada pada kata-kata itu.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/17/140000865/populer-saat-bencana-benarkah-lagu-ibu-pertiwi-menjiplak-lagu-luar-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke