Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ancaman Kelaparan dan Potret Kondisi TKI di Malaysia Saat Pandemi Corona...

KOMPAS.com – Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia dikabarkan tengah menghadapi bayang-bayang kekurangan makanan selama lockdown sebagian yang diterapkan Malaysia.

Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menyampaikan, saat ini upaya penyaluran bantuan sembako kepada mereka yang terdampak tengah dilakukan.

"Bantuan pemerintah ditambah masyarakat menjangkau di atas 150 ribu orang," ujar Teuku saat dihubungi Kompas.com Minggu (26/4/2020).

Ia juga menyampaikan kendala yang dihadapi dalam penyaluran bantuan adalah MCO yang diterapkan Malaysia.

MCO adalah kebijakan Pemerintah Malaysia sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona (Covid) yang berlaku sejak Rabu (18/3/2020).

"MCO pergerakan staf perwakilan dibatasi sehingga perlu pengaturan dengan otoritas dan kelompok masyarakat yang menjadi mitra untuk bisa menjangkau masyarakat penerima bantuan," ujar dia.

Bantuan berupa sembako sendiri menurut Teuku telah diupayakan untuk disalurkan tidak lama setelah MCO berlaku.

"Bantuan diberikan kepada WNI yang sangat terdampak atau rentan akibat penerapan MCO," ujarnya.

"Mereka telah menggunakan semua tabungan mereka untuk membayar sewa dan barang-barang kebutuhan pokok mereka," kata Kepala NU Malaysia, Mahfud Budiono sebagaimana dikutip dari SCMP.

Mahfud menyebut ada 700.000 pekerja Indonesia yang terdokumentasi dan 1,5 juta TKI tanpa dokumen yang bekerja di sektor industri konstruksi, restoran, dan layanan kebersihan yang diberhentikan dengan cuti tanpa mendapatkan bayaran selama periode penguncian.

Ia menambahkan, setidaknya ada sekitar 400.000 pekerja yang telah diancam akan digusur oleh tuan rumah karena tak punya uang untuk membayar sewa yang rata-rata sekitar 1.200 ringgit sebulan.

Agung (30) adalah salah satu contoh TKI yang bertahan hidup dengan telur dan mi instan.

Ia sendiri tinggal di sebuah lokasi konstruksi yang tak layak digunakan sebagai tempat tinggal.

Jika biasanya ia mampu menghasilkan 2.000 ringgit Malaysia tiap bulan dari upahnya sebagai kuli bangunan, kini ia hidup serba terbatas akibat tutupnya banyak kantor-kantor di Malaysia sejak 18 Maret 2020.

Bahkan upahnya pun belum terbayarkan.

Pasokan makanan yang ia dapat dari LSM hanya mampu membuatnya bertahan selama empat hingga lima hari.

Sebagai kepala keluarga yang menopang kehidupan keluarganya di kampung, ia mengkhawatirkan kondisi orang tuanya yang lanjut usia, istrinya dan anaknya yang masih kecil.

“Saya belum bisa mengirimi mereka uang selama dua bulan. Untuk saat ini mereka memiliki makanan, tetapi saya tidak tahu berapa lama itu akan berlangsung, ”kata Agung.

Saat ini, masalah pekerja Indonesia seperti Agung adalah bergulat dengan dua masalah yakni kesulitan keuangan dan pemberitahuan bahwa mereka tidak diperbolehkan kembali ke rumah pada akhir Mei untuk merayakan Idul Fitri.

“Pekerja migran tidak takut pada Covid-19. Mereka lebih takut bahwa mereka kelaparan karena mereka tidak bisa bekerja lagi dan mendapatkan upah,” ujar Glorene Das Direktur Tenaganita, LSM yang melindungi hak perempuan pekerja migran dan pengungsi Malaysia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/26/130200465/ancaman-kelaparan-dan-potret-kondisi-tki-di-malaysia-saat-pandemi-corona-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke