Pada 1988, warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh menuntut agar kawasan itu diperintah oleh orang Armenia. Hal ini memicu ketegangan antaretnis.

Azerbaijan mengklaim berhasil memukul mundur pasukan Armenia.

PM Pashinyan, berbicara dari Yerevan, Armenia, mengatakan bahwa perang konflik yang luas disertai campur tangan Turki akan membuat "ketidakstabilan".

Sikap Presiden Rusia Vladimir Putin yang ingin mendamaikan Armenia dan Azerbaijan menimbulkan ironi. Sebab pada saat yang bersamaan, pasukan Rusia di bawah komando Putin masih terus melancarkan serangan kepada Ukraina.