Patut dicamkan, demokrasi pasca Reformasi 1998 bukanlah kado yang diberikan dari seorang presiden, partai, atau rezim. Kitalah yang berjuang mati-matian merebut demokrasi dan tentu tidak akan rela jika ada yang mau merampasnya.
Selama era reformasi, budaya politik sebagian elite politik—termasuk, tetapi tidak terbatas pada mereka yang duduk di DPR—justru menunjukkan kemunduran.
"Kita labeli saja partai-partai yang menggolkan dua produk UU ini sebagai partai anti demokrasi, karena mereka cenderung memaksakan kemauan politik mereka. Dan tidak membuka ruang bagi publik,"