Sebuah survey di AS pada 2012 lalu mengungkapkan, jumlah perempuan lajang yang memiliki rumah sendiri mencapai 18 persen lebih tinggi dari laki-laki lajang yang hanya 10 persen.
"Saya tidak melihat bubble properti di Indonesia. Karena kebutuhan properti, terutama hunian masih sangat tinggi, sementara pasokan terbatas. Belum ada keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan".