Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biografi Abdoel Rivai, Dokter Perintis Pers Indonesia

Dokter Abdoel Rivai adalah orang Indonesia pertama yang menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu di Eropa, yakni koran Pewarta Wolanda yang diterbitkan di Amsterdam, Belanda, pada 1900.

Selain itu, Abdoel Rivai juga tercatat sebagai orang pribumi pertama yang mengirimkan tulisan jurnalistiknya dari luar negeri ke Tanah Air.

Atas kiprahnya dalam dunia pers, Dokter Abdoel Rivai oleh pemerintah RI dianugerahi gelar sebagai Perintis Pers Indonesia tahun 1974.

Awal kehidupan

Abdoel Rivai lahir pada 13 Agustus 1871 di Palembayan, Agam, Sumatera Barat.

Ia adalah putra dari pasangan Abdul Karim dan Siti Kemala Ria. Sang ayah bekerja sebagai guru di sekolah Melayu.

Sejak kecil, Rivai dikenal sebagai anak yang berwatak keras, rajin, dan cerdas.

Oleh sebab itu, pada 1886, di usia 15 tahun, Rivai diterima bersekolah di STOVIA atau sekolah kedokteran Jawa.

Setelah lulus dari STOVIA pada 1894, Rivai ditugaskan sebagai dokter di Medan, Sumatera Utara.

Lima tahun berselang, pada 1899, Rivai melanjutkan pendidikannya ke Belanda sembari bekerja di perusahaan surat kabar di Indonesia.

Rivai adalah orang Hindia Belanda pertama yang menempuh pendidikan dokter di Belanda dan berhasil menyelesaikannya pada 1907.

Lalu, ia melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Gent, Belgia, dan lulus pada 23 Juli 1908.

Abdoel Rivai pun menjadi orang Indonesia pertama yang menyandang gelar doktor di Eropa.

Bekerja sebagai wartawan

Di samping bekerja sebagai dokter, Abdoel Rivai juga berkarier sebagai seorang wartawan.

Pada 1900, Rivai memprakarsai surat kabar bernama Pewarta Wolanda yang diterbitkan di Amsterdam, Belanda.

Surat kabar Pewarta Wolanda ditulis dalam Bahasa Melayu.

Selain mengurus surat kabar itu, Rivai juga kerap mengirimkan hasil tulisannya ke berbagai media massa yang terbit di Belanda dan Indonesia.

Berkat ketajaman tulisannya itu, Rivai justru lebih dikenal sebagai seorang wartawan dibanding dokter.

Rivai meneruskan kariernya sebagai wartawan dengan menerbitkan Bendera Wolanda pada 15 April 1901 bersama rekan-rekannya, yaitu Henri, Constant, Claude, Clockener, dan Brousson.

Kemudian, bersama dengan Brousson, Rivai mendirikan usaha penerbitan Bintang Hindia pada Juli 1902.

Dua tahun setelahnya, pada 1904, Rivai pernah menulis sebuah sajak-puja yang khusus ditujukan untuk Ratu Emma.

Pada 1907, Rivai memutuskan untuk keluar dari Bintang Hindia. Kendati demikian, kiprahnya sebagai wartawan masih terus berlanjut.

Sepanjang tahun 1919-1921, Abdoel Rivai masih aktif mengirim tulisan ke berbagai surat kabar di Indonesia.

Tidak hanya itu, Abdoel Rivai juga menulis sebuah buku terjemahan bertajuk "Pengadjaran Perihal Melakukan Kewadjiban Orang Beristeri" pada 1892 dan buku "Student Indonesia di Eropa."

Wafat

Setelah mengabdikan diri sebagai wartawan, Abdoel Rivai tutup usia pada 16 Oktober 1937 di Bandung, Jawa Barat, dalam usia 66 tahun.

Berkat kiprahnya dalam dunia pers, pemerintah RI menganugerahi Abdoel Rivai gelar sebagai Perintis Pers Indonesia pada 1974.

Abdoel Rivai kemudian dikenal sebagai Dokter Perintis Pers Indonesia.

Referensi:

  • Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2023). Hari Pers Nasional, IDI Kenang Dr Abdoel Rivai sebagai Dokter Perintis Pers Indonesia. Jakarta: 9 Januari 2023.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/02/13/101351979/biografi-abdoel-rivai-dokter-perintis-pers-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke