Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siapa Nama Asli Tuanku Imam Bonjol?

Kegigihan perjuangan Tuanku Imam Bonjol membuatnya dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 6 November 1973 berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/ Tahun 1973.

Tuanku Imam Bonjol sebenarnya bukan nama asli yang didapatnya ketika lahir.

Lantas, siapa nama asli Tuanku Imam Bonjol?

Nama asli Tuanku Imam Bonjol

Nama asli Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab. Ia lahir pada 1772 di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat.

Ayah Imam Bonjol merupakan seorang ulama dari Sungai Rimbang, Sulik, Kabupaten Lima Puluh Kota, yang bernama Bayanuddin. Sedangkan ibunya bernama Hamatun.

Sebelum dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol, Muhammad Shahab mempunyai beberapa gelar atau nama panggilan.

Peto Syarif adalah nama panggilan Tuanku Imam Bonjol saat remaja.

Sebagai ulama dan guru agama yang pernah menimba ilmu agama di Aceh, ia sempat mendapat gelar Malim Basa.

Sekembalinya ke Minangkabau, Muhammad Shahab belajar ilmu agama dan ilmu perang kepada Tuanku Nan Renceh.

Saat itu, pertentangan antara kaum Adat dan Padri terkait masalah agama tengah memanas.

Tuanku Nan Renceh menunjuk Muhammad Shahab sebagai imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol.

Muhammad Shahab kemudian membangun sebuah benteng di Bukit Tajadi yang diberi nama Benteng Bonjol.

Sejak saat itu, Muhammad Shahab lebih dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol.

Peran Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri

Perang Padri yang meletus pada tahun 1803 awalnya merupakan perang saudara antara kaum Adat dan kaum Padri.

Namun, pada 1821, Perang Padri berubah menjadi perang kolonial setelah ultan Alam Bagagarsyah, raja terakhir Pagaruyung, terpaksa meminta bantuan kepada Belanda.

Tidak lama kemudian, Belanda mulai membantu kaum Adat dengan melancarkan serangkaian serangan kepada kaum Padri.

Karena pertempuran berjalan sangat alot, pada 1825 Belanda terpaksa mengajak Tuanku Imam Bonjol, yang memimpin perlawanan kaum Padri saat itu, untuk melakukan gencatan senjata.

Belanda saat itu tengah menghadapi perlawanan besar di Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

Setelah Perang Diponegoro di Jawa berakhir, Belanda kembali memusatkan perhatiannya untuk melawan kaum Padri.

Selama periode gencatan senjata, Tuanku Imam Bonjol mencoba mengajak kaum Adat bersatu melawan Belanda.

Langkah tersebut membuahkan hasil, dan pada akhir 1832 kedua kubu melakukan persetujuan di lereng Gunung Tandikat.

Hal itu membuat Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap oleh Belanda pada 1833 atas tuduhan pengkhianatan dan dibuang ke Betawi.

Tidakan Belanda terhadap sultan membuat kaum Adat marah dan akhirnya bangkit melawan penjajah.

Sayangnya, berbagai serangan yang dilancarkan penduduk Minangkabau dapat diredam oleh Belanda yang terus mendapatkan dukungan dari Batavia.

Pada 1837, Benteng Bonjol dapat dikuasai dan Tuanku Imam Bonjol dijebak dalam sebuah perundingan.

Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat, sebelum dipindahkan ke Ambon, dan akhirnya diasingkan ke Lotak, Minahasa, hingga akhir hayatnya pada 8 November 1864.

Referensi:

  • Muttaqin, Fajriudin dan Wahyu Iryana. (2015). Sejarah Pergerakan Nasional. Bandung: Humaniora.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/10/170000779/siapa-nama-asli-tuanku-imam-bonjol-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke