Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momen Emas Olahraga Indonesia: Taufik Hidayat Juara Tunggal Putra Olimpiade 2004

Kompas.com - 17/08/2023, 06:00 WIB
Ervan Yudhi Tri Atmoko

Penulis

KOMPAS.com - Keberhasilan Taufik Hidayat menjadi juara tunggal putra Olimpiade Athena 2004 masuk ke dalam momen emas olahraga Indonesia untuk memeringati Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2023.

Taufik Hidayat datang ke Olimpiade Athena 2004 bukan sebagai unggulan. Namun, Taufik mampu membalikkan prediksi dan membawa pulang medali emas dari Negeri Para Dewa.

Empat tahun sebelum Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat meraih hasil kurang bagus di Sydney, Australia.

Menjadi unggulan pertama, langkah Taufik pada Olimpiade Sydney 2000 terhenti di perempat final usai kalah dari tunggal putra China, Ji Xinpeng.

Selepas Olimpiade Sydney, Taufik sebenarnya mampu menjuarai empat turnamen BWF Grand Prix.

Akan tetapi, performa Taufik pada turnamen-turnamen utama menjelang Olimpiade Athena 2004 terbilang tidak konsisten.

Alhasil, Taufik tak masuk daftar unggulan pada Olimpiade Musim Panas 2004 yang diselenggarakan di Athena, Yunani.

Baca juga: Desak Made Persembahkan Emas dan Tiket Olimpiade Paris untuk Kado HUT Ke-78 RI

Tak bisa tidur sebelum final

Sektor tunggal putra Indonesia pada cabang olahraga bulu tangkis Olimpiade Athena 2004 bertumpu pada Taufik Hidayat dan Sony Dwi Kuncoro.

Sony Dwi Kuncoro yang sempat mengalahkan Taufik Hidayat pada Kejuaraan Asia 2002 dan 2003 menjadi unggulan delapan. Sementara itu, Taufik justru tak masuk daftar unggulan.

Tampil sebagai pemain non-unggulan, Taufik justru tampil menggila.

Dalam perjalanan sampai final, Taufik yang saat itu dilatih Mulyo Handoyo cuma kehilangan satu gim yaitu ketika melawan Wong Choong Hann (Malaysia) di babak kedua.

Taufik melaju ke final usai mengalahkan tunggal putra Thailand, Boonsak Ponsana. Di final, ia menghadapi unggulan tujuh asal Korea Selatan, Shon Seung-mo.

"Saya tidak bisa tidur sebelum pertandingan. Saya hanya tidur dua sampai tiga jam," kata Taufik dalam wawancara dengan laman resmi Olimpiade.

Semua beban saat itu berada di pundak Taufik Hidayat yang masih berusia 23 tahun. Ia adalah harapan terakhir Indonesia untuk membawa pulang medali emas.

"Kesempatan terakhir untuk meraih medali emas adalah dari bulu tangkis. Sebelum final, saya berbicara dengan pelatih dan mengatakan, 'Sekarang atau tidak sama sekali'. Ini adalah kesempatan terakhir."

Baca juga: Meriahkan HUT Ke-78 RI, PUBG Mobile Luncurkan Kostum dengan Tema Garuda

Indonesia sebenarnya bisa saja menciptakan all Indonesian final di sektor tunggal putra. Sayang, Sony Dwi Kuncoro kalah dari Shon Seung-mo di semifinal.

"Saya orang Indonesia, pasti mau Sony yang menang, jadi bisa memastikan satu medali emas untuk Indonesia," kenang Taufik.

"Namun, dalam hati kecil saya, saya ingin bermain melawan Korea. Menang atau kalah, itu akan berat bagi saya untuk melawan Sony."

Balikkan prediksi, non-unggulan tapi juara

Tepat pada tanggal 21 Agustus 2004, Taufik Hidayat masuk gelanggang  Goudi Olympic Hall di Athena untuk melawan Shon Seung-mo.

Taufik memulai laga dengan kurang impresif. Di lain sisi, Shon Seung-mo langsung bermain menyerang.

"Pada awal pertandingan, saya nervous. Tangan saya gemetar. Saya tertinggal, 0-6 atau 0-7."

Dalam kondisi tertekan, Taufik meminta saran kepada sang pelatih Mulyo Handoyo bagaimana agar dia bisa bermain lepas. Secara perlahan, Taufik pun bisa bangkit.

"Perlahan saya bangkit. Satu poin, dua poin, tiga poin, empat poin. Setelah tujuh sama, itu adalah titik balik saya. Setelah itu, saya seperti menjadi monster," tutur Taufik.

Baca juga: Taufik Hidayat soal Anthony Ginting: Lengkap, Tunggal Putra Level Atas

Tekad besar dan semangat pantang menyerah Taufik Hidayat di lapangan berujung manis.

Ia dapat merebut gim pertama dengan kemenangan 15-8, lalu menumbangkan Shon Seung-mo pada gim kedua dengan skor 15-7. Kemenangan pun jadi milik Taufik.

"Berjuang sangat berat untuk negara. Namun, dengan semua dukungan dan usaha, itu tidak sia-sia," ujar Taufik.

Taufik Hidayat menutup laga dengan cara luar biasa yaitu sebuah smes tajam ke sudut lapangan yang tak bisa digapai Shon Seung-mo.

Taufik mengepalkan kedua tangannya, lalu bersujud sambil berteriak lega. Beban di pundaknya seketika runtuh. Medali emas bagi Indonesia berhasil ia amankan.

Taufik pun menjadi salah satu dari hanya tiga pemain atau pasangan non-unggulan yang mampu meraih podium tertinggi sepanjang sejarah bulu tangkis di Olimpiade.

"Saat itu saya berpikir tugas saya sudah selesai. Saya sudah berada di atas, saya sudah yang terbaik," ucap Taufik.

Tunggal putra Indonesia terakhir yang raih emas Olimpiade

Gemuruh para penonton di tribune menyambut kemenangan Taufik. Di lapangan, Taufik tak kuasa menahan air mata.

Empat tahun usai gagal di Sydney, Taufik Hidayat bangkit dan meraih medali emas di Negeri Para Dewa, Yunani.

Medali emas Taufik Hidayat dari Olimpiade Athena 2004 kala itu sekaligus menjadi kado manis Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-59 Republik Indonesia.

Dominasi Indonesia di podium tunggal putra Olimpiade Athena 2004 dilengkapi oleh Sony Dwi Kuncoro yang meraih medali perunggu usai menundukkan Boonsak Ponsana.

Bagi Taufik, kemenangan pada final di Athena membuat dia menjadi tunggal putra Indonesia kedua yang mampu meraih emas Olimpiade setelah Alan Budikusuma di Barcelona 1992.

Sampai saat ini, belum ada yang bisa mengikuti jejak dua legenda tersebut. Taufik Hidayat pun menjadi tunggal putra Indonesia terakhir yang sanggup menjuarai Olimpiade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com