Kobe Bryant juga pernah menahan rasa sakit demi berjuang hingga akhir saat membela Los Angeles Lakers dalam laga kontra Golden State Warriors, 12 April 2013.
Kala itu, Kobe Bryant mulai terlihat merasakan sakit pada lututnya ketika memasuki kuarter ketiga. Dia terjatuh setelah beradu kontak di bawah ring Golden State Warriors.
Lalu, dia mampu melanjutkan pertandingan, tetapi kembali terpincang-pincang seusai mencetak poin pada pertengahan kuarter ketiga.
Meski tak dalam kondisi terbaik, Kobe Bryant tetap mampu menyumbangkan sejumlah poin dan assist. Dia pun terus bermain hingga kuarter keempat menyisakan tiga menit.
Kobe Bryant ingin melanjutkan pertandingan setelah mencetak sederet angka yang membantu Lakers tetap menempel raihan poin Warriors.
Namun, kaki Kobe Bryant yang mengalami cedera seolah tak merestui keinginannya. Dia pun meninggalkan lapangan sambil terpincang-pincang.
Setelah itu, rekan-rekannya melanjutkan perjuangan hingga memetik kemenangan 118-116 atas Warriors.
Kobe Bryant yang bertanding sambil menahan rasa sakit, menjadi pencetak poin terbanyak untuk Lakers pada laga tersebut. Dia mencetak 34 poin dari 45 menit penampilan di lapangan.
Baca juga: Yeremia Rambitan Cedera hingga Terkapar di Lapangan, Pramudya Rela Menunggu
Pelari asal Swiss, Gabriela Andersen-Schiess, menunjukkan bentuk pengorbanan lain saat berjuang hingga akhir di arena olahraga. Dia tampil dalam perlombaan maraton putri di Olimpiade 1984 Los Angeles.
Setelah melalui perjalanan panjang, dia berhasil masuk ke Los Angeles Coliseum untuk merampungkan putaran terakhir.
Namun, ketika masuk ke venue, Gabriela sudah tampak sangat kelelahan. Bahkan, dia kesulitan untuk menyimbangkan langkahnya.
Kakinya terlihat lemas saat berjalan di trek lari Los Angeles Coliseum. Beberapa staf mencoba membantu, tetapi dia menolak dan bertekad menyelesaikan perlombaan.
Bermodalkan langkah kecil dan dukungan dari para penonton, Gabriela akhirnya mampu mencapai garis finis dengan catatan waktu dua jam, 48 menit, dan 44 detik. Dia menempati peringkat ke-37 dari total 44 peserta.
Kendati gagal merebut medali, perjuangan Gabriela tak kalah berkesan dari pencapaian sang peraih emas, Joan Benoit.
"Mungkin Andersen-Schiess bukan contoh terbaik untuk kecepatan yang bisa memecahkan rekor, tapi penampilan atlet Swiss berusia 39 tahun itu adalah yang paling diingat hingga saat ini," demikian keterangan yang tertulis di video resmi olympics.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.