KOMPAS.com - Sebanyak lima pemuda Brasil di bawah usia 20 tahun sempat bikin geger sepak bola Tanah Air pada pertengahan Agustus 2020.
Mereka seperti Thiago Apolinario (19) dan Maike Henrique Irine de Lima (19) yang sebelumnya bergabung dengan latihan Persija Jakarta.
Kemudian di Arema FC ada dua, Pedro Bartolo Jardim (18) dan Hugo Guilherme Correa Grillo (19).
Satu lainnya bergabung dengan latihan Madura United, yakni Robert Junior Rodrigues Santos yang juga baru berusia 19 tahun.
Namun, secara perlahan, nama-nama mereka menyingkir dari Tanah Air. Dua nama di Arema dan satu di Madura United telah kembali ke Brasil.
Baca juga: Pemain Brasil yang Latihan bersama Arema FC Pamit
Sementara pemain muda Brasil yang sempat bergabung di latihan Persija kabarnya tengah merapat ke Madura United.
Melihat langkah pemain muda Brasil yang angkat kaki dari Indonesia, pengamat sepak bola Tanah Air, Tommy Welly, memberikan beberapa faktor tersebut.
"Kalau saya melihatnya, bahwa secara pesan moral dari peristiwa ini, sepak bola selalu ada filosofi yang mendasarinya," kata Tommy Welly mengawali.
"Selalu ada prinsip dan kebenaran yang mendasarinya," ujar dia menegaskan.
Setidaknya, kata dia, ada tiga faktor yang membuat beberapa pemain Brasil angkat kaki dari Indonesia atau klub sengaja melepasnya.
Baca juga: Profil Carlos Oliveira, Pelatih Baru Arema FC yang Punya Relasi dengan Pele
"Pertama, upaya yang dilancarkan mendapat resistensi dari masyarakat Indonesia," ujar pria yang akrab disapa Bung Towel ini kepada Kompas.com.
"Langkah naturalisasi di level junior, tidak lazim di satu negara, apalagi masif seperti gerbong (rombongan)."
"Karena, naturalisasi lazimnya dilakukan pada level senior dan sudah tahu dengan kualitasnya," kata dia.
Meski begitu, Bung Towel tidak fokus soal kualitas pemain muda Brasil karena pada dasarnya belum tampil di publik.
Baca juga: Robert Alberts Ungkap Dua Program Persib Sebelum Arungi Liga 1
Hanya saja, masyarakat Indonesia tampaknya sudah paham betul dengan pengertian naturalisasi yang sebenarnya dan bukan soal investasi jangka panjang.
Sehingga, publik melakukan resistensi dengan langkah klub dengan dalih investasi jangka panjang.
"Dua, langkah klub tentu menabrak dengan regulasi FIFA," terang Bung Towel.
Seperti diketahui, agar bisa mendapatkan status naturalisasi tanpa keturunan Indonesia mengharuskan seorang pemain sudah tinggal selama lima tahun di Tanah Air sejak usia 18 tahun.
Baca juga: Komentar Pemain Persija Usai Diberi Shin Tae-yong Peran Anyar di Timnas U19 Indonesia
Artinya, mereka baru bisa dinaturalisasi ketika usianya menginjak 23 tahun.
"Ketiga, mengkhianati dan mencederai pemain lokal usia muda," kata dia.
"Sia-sia langkah SSB, akademi, ataupun federasi membuat langkah pembinaan usia muda tetapi ujung-ujungnya naturalisasi."
"Itu yang saya sebut mengkhianati dan mencederai," tegas dia.
Dari tiga faktor tersebut, alasan pertama menurut Bung Towel menjadi dasar perginya pemain muda Brasil dari Tanah Air.
Baca juga: Momen Alfred Riedl Bela Bepe karena Rivalitas Persija-Persib
"Saya yakin, mereka dipulangkan karena adanya resistensi," tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.