Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Bola Indonesia Jangan "Ngeyel" seperti Italia

Kompas.com - 23/03/2020, 12:20 WIB
Mochamad Sadheli

Penulis

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona di Indonesia menunjukkan grafik peningkatan seiring berjalannya waktu.

Presiden Joko Widodo pertama kali mengumumkan dua warga Indonesia terjangkit Covid-19 pada 2 Maret 2020. Tiga pekan kemudian, tepatnya Senin (23/3/2020) pagi melonjak hingga 514 kasus.

Bersamaan dengan hal tersebut, gelaran sepak bola Indonesia Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 mulai berhenti sejak 16 Maret atau dua pekan setelah kasus pertama yang terjadi di Tanah Air.

Awalnya, Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 ditunda selama 14 hari.

Kemudian, Selasa (18/3/2020), Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan melalui surat resminya menyatakan kompetisi sepak bola Tanah Air dihentikan sementara hingga waktu yang belum ditentukan.

Baca juga: Setelah dari Belanda, Castillion Hadiri Latih Tanding Persib

Kendati tetap ada arahan dari PSSI tersebut, beberapa klub Liga 1 2020 masih "ngeyel" mengadakan latihan.

Seperti halnya Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, hingga Bhayangkara FC yang masih menggelar latihan di tengah wabah Covid-19.

Memang, latihan digelar secara tertutup. Namun, latihan yang dihelat seakan mengabaikan anjuran pemerintah untuk tidak berkerumun maupun menimbulkan massa.

"Terpenting adalah kami bisa berlatih dan melepas tekanan karena semua orang khawatir terhadap virus, tetapi kami harus melakukan pekerjaan kami," kata pelatih Persib, Robert Rene Alberts, seperti dikutip dari laman resmi Liga Indonesia.

"Jadi, kami tetap berlatih hingga benar-benar ada larangan untuk berlatih atau semua orang dilarang keluar rumah," ujar pelatih asing asal Belanda itu.

Baca juga: Akibat Pandemi Virus Corona, Penghentian Kompetisi Liga 1 dan Liga 2 Diperpanjang

Sama halnya dengan pelatih PSIS Semarang, Dragan Djukanovic.

Pada laga terakhir klub berjuluk Laskar Mahesa Jenar, 14 Maret, Dragan dengan tegas meminta pemerintah maupun pihak terkait menghentikan kompetisi.

Nyatanya, PSIS masih menggelar latihan rutin pada Sabtu (21/3/2020).

Berkaca dari Italia

Jika melihat yang terjadi di Italia, semua elemen sepak bola Indonesia seharusnya bisa belajar mengantisipasi lebih dini terkait wabah virus corona.

Hanya dalam sebulan sejak kematian pertama akibat Covid-19 (22/2/2020), wajah Italia langsung berubah drastis.

Korban pertama bernama Adriano Trevisan adalah titik balik Italia, yang kini berjuang dengan ratusan kematian baru setiap harinya dan kasus infeksi terus bertambah.

Baca juga: PSIS Tetap Gelar Latihan Tertutup Saat Calon Lawan Putuskan Libur

Pada hari yang sama ketika Trevisan meninggal di sebuah rumah sakit di Schiavonia, Napoli mengalahkan Brescia di pentas Liga Italia.

Laga Brescia vs Napoli juga masih ditonton suporter masing-masing klub secara langsung di stadion.

Kini, sepak bola Italia tengah berjuang melawan virus corona. Negara beribu kota Roma itu juga menjadi penyumbang angka kematian tertinggi di dunia.

Korban jiwa akibat virus corona di Italia mencapai 4.825 jiwa. Sebanyak 793 orang meninggal pada Sabtu (21/3/2020) waktu setempat.

Nama-nama pemain andalan dari klub-klub peserta Liga Italia juga mulai berstatus positif terjangkit Covid-19.

Terbaru, penyerang andalan Juventus, Paulo Dybala, menjadi salah satu dari puluhan ribu kasus yang tersebar di Negeri Pizza.

Baca juga: Paulo Dybala dan Paolo Maldini Terjangkit Covid-19, Bukti Italia Masih Kendor

Sosok Direktur Teknis AC Milan, Paolo Maldini beserta anaknya, Daniel Maldini, turut menjadi pasien.

Parahnya lagi, klub-klub besar Italia seperti Lazio dan Napoli bersikukuh melakukan latihan rutin.

Begitu juga dengan Juventus yang memberikan "diskon" kepada pemainnya untuk pulang kampung di masa karantina nasional negara Italia.

Pesepak Bola Rentan Terinfeksi

Mengutip Daily Mail, dr Eva Carneiro justru menilai atlet sepak bola sangat rentan terhadap penularan virus, termasuk virus corona.

Sebab, banyaknya pertandingan maupun latihan akan memengaruhi pola tidur serta kebugaran para pemain.

Baca juga: Perbedaan Kasus Covid-19 Paulo Dybala dan Paolo Maldini

Lebih lanjut, intensitas kontak fisik serta kebiasaan menggunakan botol minum yang sama di lapangan juga tidak bisa dihindarkan oleh para pemain.

"Pemain profesional telah terbukti memiliki imun yang rentan," kata Eva Carneiro dikutip dari Daily Mail.

"Itu karena jumlah olahraga yang mereka mainkan. Aktivitas fisik, bermain di tingkat profesional dengan laga setiap 72 jam, serta ditambah latihan memicu timbulnya ketegangan dalam tubuh," ujar dia.

Penularan virus juga bisa meningkat di kalangan pesepak bola lantaran mereka tidak bisa terhindar dari kontak fisik satu sama lain.

Berbagi ruangan seperti ruang ganti, ruang pertemuan, ruang makan, hingga hotel yang sama juga meningkatkan ancaman penularan virus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com