Apa Itu Power Play dalam Futsal?

KOMPAS.com - Saat timnas Indonesia membantai Kamboja 11-2 pada babak penyisihan Grup A Piala AFF Futsal 2022, skuad Garuda menerapkan skema power play.

Hasilnya, timnas Indonesia mendapat dua gol tambahan sehingga berhasil melumat Kamboja.

Nasib berbeda yang dialami timnas Malaysia saat bertemu Thailand. Harimau Malaya menerapkan skema power play pada empat menit terakhir.

Akan tetapi, Malaysia malah kebobolan dua gol dan kalah 2-4 dari Thailand.

Dalam futsal, power play adalah skema yang memanfaatkan jumlah pemain di dalam area lawan.

Oleh karena itu, kiper yang biasanya berada di bawah mistar akan ikut maju menyerang ke depan agar tim dapat menguasai bola lebih ideal.

Akan tetapi, kiper yang maju bukanlah kiper utama melainkan pemain berposisi lain yang mengenakan kaus kiper.

Strategi power play biasanya digunakan oleh tim yang sedang mengejar ketertinggalan.

Tim yang menerapkan power play akan bermain dengan kiper palsu atau biasa disebut flying goalkeeper.

Dilansir dari laman Prima Water, kiper dilarang menggunakan tangannya kecuali di dalam kotak penalti sendiri saat timnya menerapkan strategi power play.

Dalam taktik power play, ketika kiper melewati garis tengah, dia tidak dibatasi waktu memainkan bola.

Sebaliknya, ketika kiper belum melewati garis tengah dan dia memainkan bola lebih dari 4 detik, maka wasit akan memberikan indirect free kick kepada tim lawan karena hal itu merupakan pelanggaran.

Risiko Taktik Power Play

Skema power play memiliki risiko sangat tinggi karena gawang dibiarkan kosong melompong.

Ya, risiko dari menerapkan skema power play adalah menerima kebobolan lebih banyak.

Khususnya ketika lawan mampu merebut atau memotong bola.

Akan tetapi, hal tersebut bisa diantisipasi dengan penguasaan bola dan setiap tim mampu menahan bola dengan lama.

Sementara keuntungan penerapan skema power play adalah jumlah pemain yang lebih banyak di area lawan.

Kelebihan tersebut membuat tim leluasa memainkan bola dan berpeluang menciptakan gol lebih besar.