Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Eko Yuli Irawan, Bangkit di Olimpiade Tokyo 2020 Setelah Sempat Dinilai Habis

KOMPAS.com - Eko Yuli Irawan berhasil membuktikan dirinya masih bisa bersaing di level tertinggi angkat besi dunia berkat raihan medali perak Olimpiade Tokyo 2020.

Eko Yuli Irawan berhak mendapatkan medali perak Olimpiade Tokyo 2020 setelah menempati peringkat kedua di kelas 61 kg, Minggu (25/7/2021).

Total angkatan yang mengantar Eko Yuli Irawan meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 adalah 302 kg dengan rincian 137 kg snatch dan 165 kg clean & jerk.

Medali perak Olimpiade Tokyo 2020 menjadi bukti valid bahwa Eko Yuli Irawan yang kini sudah berusia 32 tahun masih bisa bersaing di level tertinggi.

Sebelumnya, Eko Yuli Irawan sempat dinilai habis setelah meraih medali perak kelas 62 kg Olimpiade Rio 2016 dengan total angkatan 312 kg.

Sebab, total angkatan Eko Yuli Irawan fluktuatif, malah cenderung menurun sepanjang 2017.

Puncaknya, Eko Yuli Irawan hanya mampu meraih medali perak ketika turun di kelas 62 kg putra SEA Games 2017 Kuala Lumpur.

Total angkatan Eko Yuli Irawan saat itu hanya 306 kg.

Eko Yuli Irawan kala itu kalah dari lifter Vietnam, Trinh Van Vinh, yang berhasil membawa pulang medali emas dengan total angkatan 307 kg.

Hasil SEA Games 2017 tentu sangat mengejutkan publik Tanah Air.

Sebab, Eko Yuli Irawan selalu berhasil meraih medali emas SEA Games sejak pertama kali debut pada 2007 hingga 2013.

Pada 2015, Eko Yuli Irawan tidak bisa mempertahankan tradisi selalu meraih medali emas SEA Games karena cabor angkat besi tidak dipertandingkan.

Tradisi emas Eko Yuli Irawan di SEA Games pada akhirnya terhenti pada edisi 2017.

Setelah performanya menurun pada 2017, Eko Yuli Irawan sempat dinilai habis.

Namun, tekad dan kecintaan Eko Yuli Irawan terhadap angkat besi membuat dirinya berhasil bangkit sejak awal 2018 hingga akhirnya sukses meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020.

Pada 2018, Eko Yuli Irawan sukses meraih medali emas Asian Games dan Kejuaraan Dunia IWF.

Eko Yuli Irawan meraih medali emas Asian Games 2018 ketika turun di kelas 62 kg dengan total angkatan 311 kg pada Agustus 2018.

Tiga bulan berselang, Eko Yuli Irawan sukses menggondol medali emas Kejuaran Dunia IWF dengan total angkatan 317 kg.

Total angkatan Eko Yuli Irawan saat itu juga menjadi rekor dunia pada 2018.

Memasuki 2019, Eko Yuli Irawan sukses mempertahankan performanya meskipun usianya sudah menyentuh 30 tahun.

Hal itu terbukti dari performa Eko Yuli Irawan pada masa kualifikasi Olimpiade Tokyo mulai dari 2019 hingga 2020.

Total angkatan Eko Yuli Irawan pada masa tersebut terus meningkat mulai dari 297 kg, 299 kg, 306 kg, 309 kg, hingga mencapai 310 kg.

Peningkatan itu membuat Eko Yuli Irawan diprediksi dan dijagokan meraih medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020.

Namun, Eko Yuli Irawan masih belum beruntung. Eko Yuli Irawan hanya mampu meraih medali perak pada Olimpiade Tokyo 2020.

Meski belum berhasil meraih medali emas, Eko Yuli Irawan berhasil mengukir sejarah berkat keberhasilan mendapatkan perak di Olimpiade Tokyo 2020.

Eko Yuli Irawan kini menjadi atlet Indonesia tersukses dalam sejarah Olimpiade.

Secara keseluruhan, Eko Yuli Irawan sudah mengoleksi empat medali Olimpiade sejak debut di Beijing pada 2008.

Rincian dari empat medali Olimpiade Eko Yuli Irawan adalah dua perak (Rio 2016, Tokyo 2020) dan dua perunggu (Beijing 2008, London 2012).

Eko Yuli Irawan berhak menyandang status atlet Indonesia tersukses dalam sejarah Olimpiade setelah melewati seniornya, Raema Lisa Rumbewas.

Lisa Rumbawes merupakan legenda angkat besi putri Indonesia yang berhasil meraih tiga medali Olimpiade pada periode 200-2008.

Rincian dari medali Olimpiade milik Lisa Rumbewas adalah dua perak (Sydney 2000, Athena 2004) dan satu perunggu (Beijing 2008).

Seusai meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020, Eko Yuli Irawan sempat membicarakan masa depannya.

Eko Yuli Irawan mengaku masih belum berencana pensiun dalam waktu dekat.

Atlet asal Lampung itu secara tidak langsung bahkan masih membuka pintu untuk tampil di Olimpiade 2024 Paris.

Tekad itu tertanam di benak Eko Yuli Irawan karena dirinya masih ingin mewujudkan mimpinya meraih medali emas Olimpiade.

"Mohon maaf untuk semua masyarakat Indonesia. Saya masih belum bisa memberikan medali emas sebagaimana cita-cita saya," kata Eko Yuli Irawan.

“Jika dilihat umur memang sulit (tampil di Olimpiade Paris 2024," ucap Eko Yuli Irawan.

"Namun, jika ada kesempatan (tetap berkompetisi sebagai atlet), kenapa tidak?," ucap Eko Yuli Irawan menambahkan.

"Tapi, yang paling penting itu sekarang adalah bagaimana menyiapkan lifter-lifter muda penerus saya. Itu yang menjadi tantangan,” ujar Eko Yuli Irawan.

Sejauh ini, cabor angkat besi sudah menyumbang dua medali untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.

Medali pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 dipersembahkan oleh Windy Cantika Aisah.

Lifter berusia 19 tahun itu sukses meraih medali perunggu ketika turun di kelas 49 Kg putri, Sabtu (24/7/2021).

Indonesia masih berpeluang menambah perolehan medali dari cabor angkat besi. Sebab, masih ada dua lifter Indonesia yang belum tampil.

Mereka adalah Erwin Rahmat Abdullah dan Nurul Akmal. Erwin Rahmat Abdullah dijadwalkan turun di kelas 73 Kg putra pada Rabu (28/7/2021).

Di sisi lain, Nurul Akmal akan turun di kelas +87 Kg putri pada Senin (2/8/2021).

https://www.kompas.com/sports/read/2021/07/26/06400078/eko-yuli-irawan-bangkit-di-olimpiade-tokyo-2020-setelah-sempat-dinilai

Terkini Lainnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Ginting Takluk dari Shi Yu Qi, Indonesia 0-1 China

Hasil Final Piala Thomas 2024: Ginting Takluk dari Shi Yu Qi, Indonesia 0-1 China

Badminton
Alasan di Balik PSM Tak Konsisten Sepanjang Liga 1 2023-2024

Alasan di Balik PSM Tak Konsisten Sepanjang Liga 1 2023-2024

Liga Indonesia
Courtois Kembali Main Bela Real Madrid, Catat Clean Sheet

Courtois Kembali Main Bela Real Madrid, Catat Clean Sheet

Liga Spanyol
Line Up dan Link Live Streaming Final Piala Thomas 2024 Indonesia Vs China

Line Up dan Link Live Streaming Final Piala Thomas 2024 Indonesia Vs China

Badminton
Run The City Medan Diikuti 1.000 Pelari, Usung Konsep Point to Point

Run The City Medan Diikuti 1.000 Pelari, Usung Konsep Point to Point

Liga Indonesia
Greysia Polii Bangga Tim Uber 2024, Angkat Perempuan Indonesia

Greysia Polii Bangga Tim Uber 2024, Angkat Perempuan Indonesia

Badminton
Bangga Bisa Tampil di Final, Siti/Ribka Akui Keunggulan Ganda China

Bangga Bisa Tampil di Final, Siti/Ribka Akui Keunggulan Ganda China

Badminton
Hasil Final Piala Uber 2024: Ester Kalah, Indonesia Runner-up

Hasil Final Piala Uber 2024: Ester Kalah, Indonesia Runner-up

Badminton
Cetak Sejarah, Girona akan Main di Liga Champions untuk Pertama Kali

Cetak Sejarah, Girona akan Main di Liga Champions untuk Pertama Kali

Liga Spanyol
Top Skor Liga Inggris: Cetak Quattrick, Haaland Teratas dengan 25 Gol

Top Skor Liga Inggris: Cetak Quattrick, Haaland Teratas dengan 25 Gol

Liga Inggris
Inter Miami Vs NYRB: Messi 5 Assist dan Menggila, Pecahkan 2 Rekor MLS

Inter Miami Vs NYRB: Messi 5 Assist dan Menggila, Pecahkan 2 Rekor MLS

Liga Lain
Maarten Paes Tahan Penalti Bernardeschi tetapi Kena Gol Kelas Dunia

Maarten Paes Tahan Penalti Bernardeschi tetapi Kena Gol Kelas Dunia

Timnas Indonesia
Hasil Final Uber Cup 2024: Siti/Ribka Kandas 2 Gim Langsung, Indonesia 0-2 China

Hasil Final Uber Cup 2024: Siti/Ribka Kandas 2 Gim Langsung, Indonesia 0-2 China

Badminton
Real Madrid Juara Liga Spanyol, Luka Modric Ukir Sejarah Langka

Real Madrid Juara Liga Spanyol, Luka Modric Ukir Sejarah Langka

Liga Spanyol
Hasil Final Piala Uber 2024: Gregoria Kalah, Indonesia Tertinggal 0-1 dari China

Hasil Final Piala Uber 2024: Gregoria Kalah, Indonesia Tertinggal 0-1 dari China

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke