KOMPAS.com - Cabang tolak peluru menjadi bagian nomor perlombaan olahraga atletik, tepatnya dalam kategori lempar. Istilah tolak peluru dalam bahasa inggris adalah shot put.
Tolak peluru mengacu pada gerak melempar atau menolak peluru berupa bola besi bulat menggunakan satu tangan dari area tertentu.
Sasaran atlet tolak peluru adalah mencatatkan jarak lontaran terjauh, seusai melakukan lemparan atau tolakan menuju area pendaratan.
Berat peluru dalam olahraga tolak peluru untuk kategori senior putri adalah 4 kilogram, sementara atlet putra diharuskan menggunakan peluru seberat 7,26 kilogram.
Hasil lemparan atau tolakan setiap atlet dapat dihitung secara sah apabila peluru tersebut tidak jatuh di bawah garis bahu seorang atlet ketika melempar,
Menurut laman resmi Badan Atletik Dunia (World Athletics), sudut sektor tolak peluru adalah 35 derajat sebagai wilayah pendaratan dengan panjang minimal 25 meter.
Untuk mendapatkan hasil lemparan maksimal, setiap atlet juga memiliki teknik beragam ketika melakukan lemparan peluru yakni gaya spin, glide, maupun ortodoks.
Kekuatan saat memutar tubuh menjadi titik andalan seorang atlet saat melakukan gaya tolakan spin, demi mencatatkan jarak lemparan peluru sejauh mungkin.
Letak peluru ketika hendak ditolakkan berada di dekat leher atau bawah telinga, serta dipegang menggunakan pangkal jari.
Kemudian saat menolak peluru, atlet tolak peluru melakukan seperempat putaran dengan kaki kanan melawan arah jarum jam, lantas menolak peluru saat berada di titik terjauh sambil meluruskan lengan.
Ciri utama dari teknik melempar tolak peluru gaya ortodoks adalah posisi tubuh menyamping sehingga sektor tolakan berada pada sisi kiri seorang atlet.
Posisi badan di saat mau menolak peluru terbentuk sudut 90 derajat, sebelum kaki kiri bergeser secara cepat ke depan sesuai arah tolakan ke sektor lemparan.
Momen pelepasan peluru dilakukan ketika berada di titik terjauh dengan sudut 45 derajat, kemudian tangan pegangan dalam posisi lurus.
Bentuk teknik melempar peluru gaya glide menjadi populer berkat aksi Parry O’Brien pada dekade 1950an, yang mengandalkan putaran 180 derajat jelang melakukan tolakan.
Teknik ini mengharuskan seorang pelempar membelakangi sektor lemparan atau sasaran, serta menekuk lutut dengan sudut 75 derajat dan memakai kaki kanan sebagai tumpuan tubuh.
Sambil mendorong tubuh dengan kaki kanan seperti sedang meluncur, peluru ditolakkan ketika berada di titik terjauh.
https://www.kompas.com/sports/read/2021/05/31/20500038/teknik-melempar-pada-tolak-peluru